Senin, 30 April 2012

DATA PRESTASI SEKOLAH


Setiap kali ada avent kejuaraan atau lomba baik dari Dinas ataupun bukan, sekolah kami berusaha untuk dapat mengikutinya. Alhamdulilah, ada beberapa yang mampu kami menangkan, antara lain :
- MTQ khususnya SLK : Juara I Propinsi DIY tahun 2007 ( Latu Arifian Priyono )
Juara I Kabupaten tahun 2009 ( Liantera Maulid Priyono )
Juara 4 SLK MTQ Kec. Gamping
- Olahraga : Juara I Bola Voli putri Kab. Sleman 2007 ( Ayu Wandana,
Mala, Icha, Wiwik, Anggi )
Juara I Bola Voli putri Kab. Sleman 2008 ( Lina, Mifta, Novita,
Surti, Putri )
Juara I Bola Voli Putri Kab Sleman 2009 ( Ronaa, Tari, Surti,
Dea, Cahya ( SD Nogotirto )
Juara II Bola Voli Putri Kab. Sleman 2010 ( Febry, Vio, Putri,
Bela, Bulan )
Juara II Tenis Lapangan Putra Prop. DIY 2008 ( Rahman Adi )
Juara I Tenis Lapangan Putri Prop. DIY 2009 ( Ayu Maharani )
Juara I Tenis Lapangan Putri Kab. Sleman 2010 ( Ayu Maharani )
Juara I Bola voli mini Haornas Kec. Gamping
( Nita, Albet, Bulan, Arifah, Tiara, Lestari )
Juara I Tenis lapangan Putri Kab. Sleman 2011 ( Ayu Maharani )
Juara I Bola voli mini putri Kab. Sleman 2011
( Bulan,Albet,Arifah, Tiara, Lestari )
Juara II Bola voli mini putri O2SN Kab. Sleman 2012
( Albet, Arifah, Tiara, Lestari, Alvira )

PERANAN KI HADJAR DEWANTARA BAGI PENDIDIKAN DI INDONESIA

Ki Hajar Dewantara atau Raden Mas Suwardi Suryaningrat, lahir di Yogyakarta 2 Mei 1889, dan meninggal di Yogyakarta 26 April 1959, pada umur 69 tahun. Ia juga sering dipanggil Soewardi. Ki Hajar Dewantara adalah aktivis pergerakan kemerdekaanIndonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri perguruan Taman Siswa. Suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Tanggal kelahirannya sekarang diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional. Namanya diabadikan sebagai salah satu nama kapal perang Indonesia KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas 20.000 rupiah.
Soewardi berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Ia menamatkan pendidikan dasar di ELS (sekolah dasar Eropa/Belanda) kemudian sempat melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputra), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Ia kemudian bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar, antara lain Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis andal. Tulisan-tulisannya komunikatif dengan semangat antikolonial.
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO), tahun 1008. Ia aktif di seksi propaganda untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakatIndonesia(terutama Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama BO di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya.
Soewardi muda juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda atas pengaruh Ernest Douwes Dekker (DD). Ketika Douwes Dekker mendirikan Indische Partij, Soewardi diajaknya pula.
Sewaktu pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan dari warga termasuk pribumi untuk perayaan kemerdekaan dari Prancis pada tahun 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis, termasuk Soewardi. Ia kemudian menulis, “Een Voor Allen maar Ook voor Een” atau “Satu untuk semua, tetapi semua untuk satu juga”. Namun, kolom Soewardi yang paling terkenal adalah “Seandainya Aku Seorang Belanda” (Als ik eens Nederlander was) dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker tahun 1913. Isi artikel ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda. Kutipan tulisan tersebut antara lain sebagai berikut.
“Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya.”

Beberapa pejabat Belanda menyangsikan tulisan ini asli dibuat oleh Soewardi sendiri karena gaya bahasanya yang berbeda dengan tulisan-tulisan lain. Kalaupun benar ia yang menulis, mereka menganggap Douwes Dekker berperan dalam memanas-manasi Soewardi untuk menulis dengangayademikian.
Akibat tulisan ini, ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Namun demikian, kedua rekannya, Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo memprotes, dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda (1913). Ketiga tokoh ini dikenal sebagai “Tiga Serangkai”. Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun.
Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Indesche Vereeniging (Perhimpunan Hindia). Di sinilah, ia merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. Dalam studinya ini, Soewardi terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan oleh keluarga Tagore. Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.
Setelah kembali keIndonesiapada bulan September 1919, Soewardi segera bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Saat ia genap berusia 40 tahun, menurut hitungan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya dia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.
Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidik Indonesia. Secara utuh semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi, “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.” Di depan menjadi teladan, di tengah membangun, di belakang mendukung. Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyatIndonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.
Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia. Pada tahun 1957, ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr. HC) dari universitas tertuaIndonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan hari pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959). Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959.

Jumat, 27 April 2012

CERITA MOTIVASI


Mereka yang tidak pernah menyerah

1. NANCY MATTHEWS EDISON
suatu hari, seorang bocah berusia 4 tahun, agak tuli dan bodoh di sekolah, pulang
ke rumahnya membawa secarik kertas dari gurunya. ibunya membaca kertas
tersebut, " Tommy, anak ibu, sangat bodoh. kami minta ibu untuk mengeluarkannya
dari sekolah."
sang ibu terhenyak membaca surat ini, namun ia segera membuat tekad yang teguh,
" anak saya Tommy, bukan anak bodoh. saya sendiri yang akan mendidik dan
mengajar dia."
Tommy bertumbuh menjadi Thomas Alva Edison, salah satu penemu terbesar di
dunia. dia hanya bersekolah sekitar 3 bulan, dan secara fisik agak tuli, namun itu
semua ternyata bukan penghalang untuk terus maju.
tak banyak orang mengenal siapa Nancy Mattews, namun bila kita mendengar nama
Edison, kita langsung tahu bahwa dialah penemu paling berpengaruh dalam sejarah.
Thomas Alva Edison menjadi seorang penemu dengan 1.093 paten penemuan atas
namanya. siapa yang sebelumnya menyangka bahwa bocah tuli yang bodoh
sampai-sampai diminta keluar dari sekolah, akhirnya bisa menjadi seorang genius?
jawabannya adalah ibunya!
ya, Nancy Edison, ibu dari Thomas Alva Edison, tidak menyerah begitu saja dengan
pendapat pihak sekolah terhadap anaknya. Nancy yang memutuskan untuk menjadi
guru pribadi bagi pendidikan Edison dirumah, telah menjadikan puteranya menjadi
orang yang percaya bahwa dirinya berarti. Nancy yang memulihkan kepercayaan diri
Edison, dan hal itu mungkin sangat berat baginya. namun ia tidak sekalipun
membiarkan keterbatasan membuatnya berhenti...

2. JOANNE KATHLEEN ROWLING
sejak kecil, Rowling memang sudah memiliki kegemaran menulis. bahkan di usia 6
tahun, ia sudah mengarang sebuah cerita berjudul Rabbit. ia juga memiliki
kegemaran tanpa malu-malu menunjukan karyanya kepada teman-teman dan
orangtuanya. kebiasaan ini terus dipelihara hingga ia dewasa. daya imajinasi yang
tinggi itu pula yang kemudian melambungkan namanya di dunia.
akan tetapi, dalam kehidupan nyata, Rowling seperti tak henti disera masalah.
keadaan yang miskin, yang bahkan membuat ia masuk dalam kategori pihak yang
berhak memperoleh santunan orang miskin dari pemerintah Inggris, itu masih ia
alami ketika Rowling menulis seri Harry Potter yang pertama. ditambah dengan
perceraian yang ia alami, kondisi yang serba sulit itu justru semakin memacu dirinya
untuk segera menulis dan menuntaskan kisah penyihir cilik bernama Harry Potter
yang idenya ia dapat saat sedang berada dalam sebuah kereta api. tahun 1995,
dengan susah payah, karena tak memiliki uang untuk memfotocopy naskahnya,
Rowling terpaksa menyalin naskahnya itu dengan mengetik ulang menggunakan
sebuah mesin ketik manual.
naskah yang akhirnya selesai dengan perjuangan susah payah itu tidak lantas
langsung diterima dan meledak di pasaran. berbagai penolakan dari pihak penerbit
harus ia alami terlebih dahulu. diantaranya, adalah karena semula ia mengirim
naskah dengan memakai nama aslinya, Joanne Rowling. pandangan meremehkan
penulis wanita yang masih kuat membelenggu para penerbit dan kalangan
perbukuan menyebabkan ia menyiasati dengan menyamarkan namanya menjadi JK
Rowling. memakai dua huruf konsonan dengan harapan ia akan sama sukses
dengan penulis cerita anak favoritnya CS Lewis.
akhirnya keberhasilan pun tiba. Harry Potter luar biasa meledak dipasaran. semua
itu tentu saja adalah hasil dari sikap pantang menyerah dan kerja keras yang luar
biasa. tak ada kesukdedan yang dibayar dengan harga murah.

3. STEVE JOBS
tahun 1976, bersama rekannya Steve Wozniak, Jobs yang baru berusia 21 tahun
mulai mendirikan Apple Computer.Co di garasi milik keluarganya. dengan susah
payah mengumpulkan modal yang diperoleh dengan menjual barang" mereka yang
paling berharga, usaha itu pun dimulai. komputer pertama mereka, Apple 1 berhasil
mereka jual sebanyak 50 unit kepada sebuah toko lokal. dalam beberapa tahun,
usaha mereka cukup berkembang pesat sehingga tahun 1983, Jobs menggaet John
Sculley dari Pepsi Cola untuk memimpin perusahaan itu. sampai sejauh itu, Apple
Computer menuai kesuksesan dan makin menancapkan pengaruhnya dalam industri
komputer terlebih dengan diluncurkannya Macintosh. namun, pada tahun 1985,
setelah konflik dengan Sculley, perusahaan memutuskan memberhentikan pendiri
mereka, yaitu Steve Jobs sendiri.
setelah menjual sahamnya, Jobs yang mengalami kesedihan luar biasa banyak
menghabiskan waktu dengan bersepeda dan berpergian ke Eropa. namun, tak lama
setelah itu, pemecatan tersebut rupanya justru membawa semangat baru bagi
dirinya. ia pun memulai usaha baru yaitu perusahaan komputer NeXT dan
perusahaan animasi Pixar. NeXT yang sebenarnya sangat maju dalam hal
teknologinya ternyata tidak membawa hasil yang baik secara komersil. akan tetapi,
Pixar adalah sebuah kisah sukses lain berkat tangan dinginnya. melalui Pixar, Jobs
membawa trend baru dalam dunia film animasi seiring dengan diluncurkannya film
produksinya Toy Story dan selanjutnya Finding Nemo dan The Incredibles.
sepeninggal Jobs dan semakin kuatnya dominasi IBM dan micr*soft membuat Apple
kalah bersaing dan nyaris terpuruk. maka, tahun 1997, Jobs dipanggil kembali untuk
mengisi posisi pimpinan sementara. dengan mengaplikasi teknoligi yang dirancang
di NeXT, kali ini Apple kembali bangkit dengan berbagai produk berteknologi maju
macam MacOS X, IMac dan salah satu yang fenomenal yaitu iPod.
kisah sukses Steve Jobs mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada kesuksesan
yang instan. penolakan dan kegagalan seringkali mewarnai perjalanan hidup kita,
tapi jangan biarkan semua itu membuat kita berhenti.

4. OPRAH WINFREY
Bermodal keberanian “Menjadi Diri Sendiri”, Oprah menjadi presenter paling populer
di Amerika dan menjadi wanita selebritis terkaya versi majalah Forbes, dengan
kekayaan lebih dari US $ 1 Milyar. Copy acara “The Oprah Winfrey Show” telah
diputar di hampir seluruh penjuru bumi ini.
TAHUKAH ANDA?
Lahir di Mississisipi dari pasangan Afro-Amerika dengan nama Oprah Gail Winfrey.
Ayahnya mantan serdadu yang kemudian menjadi tukang cukur, sedang ibunya
seorang pembantu rumah tangga. Karena keduanya berpisah maka Oprah kecil pun
diasuh oleh neneknya di dilingkungan yang kumuh dan sangat miskin. Luarbiasanya,
di usia 3 tahun Oprah telah dapat membaca Injil dengan keras.
“Membaca adalah gerai untuk mengenal dunia” katanya dalam suatu
wawancaranya.
Pada usia 9 tahun, Oprah mengalami pelecehan sexual, dia diperkosa oleh saudara
sepupu ibunya beserta teman-temannya dan terjadi berulang kali. Di usia 13 tahun
Oprah harus menerima kenyataan hamil dan melahirkan, namun bayinya meninggal
dua minggu setelah dilahirkan.
Setelah kejadian itu, Oprah lari ke rumah ayahnya di Nashville. Ayahnya mendidik
dengan sangat keras dan disiplin tinggi. Dia diwajibkan membaca buku dan
membuat ringkasannya setiap pekan. Walaupun tertekan berat, namun kelak
disadari bahwa didikan keras inilah yang menjadikannya sebagai wanita yang tegar,
percaya diri dan berdisiplin tinggi.
Prestasinya sebagai siswi teladan di SMA membawanya terpilih menjadi wakil siswi
yang diundang ke Gedung Putih. Beasiswa pun di dapat saat memasuki jenjang
perguruan tinggi. Oprah pernah memenangkan kontes kecantikan, dan saat itulah
pertama kali dia menjadi sorotan publik..
Karirnya dimulai sebagai penyiar radio lokal saat di bangku SMA. Karir di dunia TV
di bangun diusia 19 tahun. Dia menjadi wanita negro pertama dan termuda sebagai
pembaca berita stasiun TV lokal tersebut. Oprah memulai debut talkshow TVnya
dalam acara People Are Talking. Dan keputusannya untuk pindah ke Chicago lah
yang akhirnya membawa Oprah ke puncak karirnya. The Oprah Winfrey Show
menjadi acara talkshow dengan rating tertinggi berskala nasional yang pernah ada
dalam sejarah pertelevisian di Amerika. Sungguh luar biasa!
Latar belakang kehidupannya yang miskin, rawan kejahatan dan diskriminatif
mengusik hatinya untuk berupaya membantu sesama. Tayangan acaranya di telivisi
selalu sarat dengan nilai kemanusiaan, moralitas dan pendidikan. Oprah sadar, bila
dia bisa mengajak seluruh pemirsa telivisi, maka bersama, akan mudah mewujudkan
segala impiannya demi membantu mereka yang tertindas.
Oprah juga dikenal dengan kedermawanannya. Berbagai yayasan telah disantuni,
antara lain, rumah sakit dan lembaga riset penderita AIDs, berbagai sekolah,
penderita ketergantungan, penderita cacat dan banyak lagi.

Dan yang terakhir, pada 2 januari 2007 lalu, Oprah menghadiri peresmian sekolah
khusus anak-anak perempuan di kota Henley-on-Klip, di luar Johannesburg, Afrika
selatan, yang didirikannya bersama dengan pemirsa acara televisinya. Oprah
menyisihkan 20 juta pounsterling ( 1 pons kira2 rp. 17.000,- )atau 340 milyiar rupiah
dari kekayaannya. “Dengan memberi pendidikan yang baik bagi anak2 perempuan
ini, kita akan memulai mengubah bangsa ini” ujarnya berharap.
Kisah Oprah Winfrey ialah kisah seorang anak manusia yang tidak mau meratapi
nasib. Dia berjuang keras untuk keberhasilan hidupnya, dan dia berhasil. Dia punya
mental baja dan mampu mengubah nasib, dari kehidupan nestapa menjadi manusia
sukses yang punya karakter. Semangat perjuangannya pantas kita teladani!

5. 7-UP
tentu kamu mengenal 7up. merk softdrink rasa jeruk nipis ini terbilang cukup populer
di penjuru dunia. dibalik ketenaran merk 7up rupanya ada kisah yang sangat
menarik untuk kita pelajari tentang arti "pantang menyerah".
awal mulanya perusahaan ini mengambil nama 3up sebagai merek sodanya. namun
sayangnya, usaha ini gagal. kemudian si pendiri kembali memperjuangkan bisnisnya
dan mengganti namanya dengan 4up. malangnya, produk ini pun bernasib sama
dengan sebelumnnya. selanjutnya dia berusaha bangkit lagi dan mengganti lagi
namanya menjadi 5up. gagal lagi. kecintaanya pada soda membuatnya tak
menyerah dan berusaha lagi dengan nama baru 6up. produk ini pun gagal dan dia
pun menyerah.
beberapa tahun kemudian, orang lain muncul dan membuat soda dengan nama 7up
dan mendapat sukses besar! mungkin kita tidak tahu kapan usaha kita akan
membuahkan hasil, tapi suatu saat nanti pastilah waktu itu akan tiba. justru karena
kita ga tahu kapan waktu keberhasilan kita, maka jangan pernah kita menghentikan
usaha kita dan memutuskan untuk menyerah. 3up gagal, buatlah 4up! 4up gagal,
dirikan 5up! bahkan meski harus muncul 6up, 7up, 8up, atau 100up sekalipun,
jangan pernah berhenti sampai jerih payah kita membuahkan hasil.
percayalah bahwa Tuhan menghargai usaha kita. keberhasilan ga datang pada
orang yang malas berjuang dan gampang menyerah. tunjukan kualitas iman kita
melalui ketekunan kita dalam berjuang! tetap semangat!

6. MARK ZUCKERBERG (FACEBOOK)
Pernah mendengar situs jaringan pertemanan Friendster? Konon, melalui situs
tersebut, banyak orang-orang yang lama tak bersua, bisa kembali bersatu, reunian,
dan bahkan berjodoh. Karena itulah, situs pertemanan itu beberapa waktu lalu
sempat sangat popular. Karena itu, tak heran jika setelah era suksesnya Friendster,
berbagai situs jaringan pertemanan bermunculan. Salah satunya adalah Facebook.
Facebook ini sebenarnya dibuat sebagai situs jaringan pertemanan terbatas pada

kalangan kampus pembuatnya, yakni Mark Zuckerberg. Mahasiswa Harvard
University tersebut-kala itu-mencoba membuat satu program yang bisa
menghubungkan teman-teman satu kampusnya. Karena itulah, nama situs yang
digagas oleh Mark adalah Facebook. Nama ini ia ambil dari buku Facebook, yaitu
buku yang biasanya berisi daftar anggota komunitas dalam satu kampus. Pada
sejumlah college dan sekolah preparatory di Amerika Serikat, buku ini diberikan
kepada mahasiswa atau staf fakultas yang baru agar bisa lebih mengenal orang lain
di kampus bersangkutan.
Pada sekitar tahun 2004, Mark yang memang hobi mengotak-atik program
pembuatan website berhasil menulis kode orisinal Facebook dari kamar asramanya.
Untuk membuat situs ini, ia hanya butuh waktu sekitar dua mingguan. Pria kelahiran
Mei 1984 itu lantas mengumumkan situsnya dan menarik rekan-rekannya untuk
bergabung. Hanya dalam jangka waktu relatif singkat-sekitar dua minggu-Facebook
telah mampu menjaring dua per tiga lebih mahasiswa Harvard sebagai anggota
tetap.
Mendapati Facebook mampu menjadi magnet yang kuat untuk menarik banyak
orang bergabung, ia memutuskan mengikuti jejak seniornya-Bill Gates-memilih drop
out untuk menyeriusi situsnya itu. Bersama tiga rekannya-andre McCollum, Dustin
Moskovitz, dan Chris Hughes-Mark kemudian membuka keanggotaan Facebook
untuk umum.
Mark ternyata tak sekadar nekad. Ia punya banyak alasan untuk lebih memilih
menyeriusi Facebook. Mark dan rekannya berhasil membuat Facebook jadi situs
jaringan pertemanan yang segera melambung namanya, mengikuti tren Friendster
yang juga berkembang kala itu. Namun, agar punya nilai lebih, Mark pun mengolah
Facebook dengan berbagai fitur tambahan. Dan, sepertinya kelebihan fitur inilah
yang membuat Facebook makin digemari. Bayangkan, Ada 9.373 aplikasi yang
terbagi dalam 22 kategori yang bisa dipakai untuk menyemarakkan halaman
Facebook, mulai chat, game, pesan instan, sampai urusan politik dan berbagai hal
lainnya. Hebatnya lagi, sifat keanggotaan situs ini sangat terbuka. Jadi, data yang
dibuat tiap orang lebih jelas dibandingkan situs pertemanan lainnya. Hal ini yang
membuat orang makin nyaman dengan Facebook untuk mencari teman, baik yang
sudah dikenal ataupun mencari kenalan baru di berbagai belahan dunia.
Sejak kemunculan Facebook tahun 2004 silam, anggota terus berkembang pesat.
Prosentase kenaikannya melebihi seniornya, Friendster. Situs itu tercatat sudah
dikunjungi 60 juta orang dan bahkan Mark Zuckerberg berani menargetkan pada
tahun 2008 ini, angka tersebut akan mencapai 200 juta anggota.
Dengan berbagai keunggulan dan jumlah peminat yang luar biasa, Facebook
menjadi ‘barang dagangan' yang sangat laku. Tak heran, raksasa software micr*soft
pun tertarik meminangnya. Dan, konon, untuk memiliki saham hanya 1,6 persen
saja, micr*soft harus mengeluarkan dana tak kurang dari US$ 240 juta. Ini berarti
nilai kapitalisasi saham Facebook bisa mencapai US$15 miliar! Tak heran, Mark
kemudian dinobatkan sebagai miliarder termuda dalam sejarah yang memulai dari
keringatnya sendiri.
Niat Mark Zuckerberg untuk sekadar‘menyatukan' komunitas kampusnya dalam
sebuah jaringan ternyata berdampak besar. Hal ini telah mengantar pria yang baru
berusia 23 tahun ini menjadi miliarder termuda dalam sejarah. Sungguh, kejelian
melihat peluang dan niatan baiknya ternyata mampu digabungkan menjadi sebuah
nilai tambah yang luar biasa. Ini menjadi contoh bagi kita, bahwa niat baik ditambah
perjuangan dan ketekunan dalam menggarap peluang akan melahirkan kesempatan
yang dapat mengubah hidup makin bermakna.

TIADA KETEKUNAN YANG TIDAK MEMBAWA HASIL...
7. BILL GATES & PAUL ALLEN
William Henry Gates III atau lebih terkenal dengan sebutan Bill Gates, lahir di Seatle,
Washington pada tanggal 28 Oktober 1955. Ayah Bill, Bill Gates Jr., bekerja di
sebuah firma hukum sebagai seorang pengacara dan ibunya, Mary, adalah seorang
mantan guru. Bill adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Sejak kecil Bill
mempunyai hobi “hiking”,bahkan hingga kini pun kegiatan ini masih sering
dilakukannya bila ia sedang “berpikir”.
Bill kecil mampu dengan mudah melewati masa sekolah dasar dengan nilai sangat
memuaskan, terutama dalam pelajaran IPA dan Matematika. Mengetahui hal ini
orang tua Bill, kemudian menyekolahkannya di sebuah sekolah swasta yang
terkenal dengan pembinaan akademik yang baik, bernama “LAKESIDE”. Pada saat
itu , Lakeside baru saja membeli sebuah komputer, dan dalam waktu seminggu, Bill
Gates, Paul Allen dan beberapa siswa lainnya (sebagian besar nantinya menjadi
programmer pertama micr*soft) sudah menghabiskan semua jam pelajaran
komputer untuk satu tahun.
Kemampuan komputer Bill Gates sudah diakui sejak dia masih bersekolah di
Lakeside. Dimulai dengan meng”hack” komputer sekolah, mengubah jadwal, dan
penempatan siswa. Tahun 1968, Bill Gates, Paul Allen, dan dua hackers lainnya
disewa oleh Computer Center Corp. untuk menjadi tester sistem keamanan
perusahaan tersebut. Sebagai balasan, mereka diberikan kebebasan untuk
menggunakan komputer perusahaan. Menurut Bill saat itu lah mereka benar- benar
dapat “memasuki” komputer. Dan disinilah mereka mulai mengembangkan
kemampuan menuju pembentukan micr*soft, 7 tahun kemudian.
Selanjutnya kemampuan Bill Gates semakin terasah. Pembuatan program sistem
pembayaran untuk Information Science Inc, merupakan bisnis pertamanya.
Kemudian bersama Paul Ellen mendirikan perusahaan pertama mereka yang
disebut Traf-O-Data. Mereka membuat sebuah komputer kecil yang mampu
mengukur aliran lalu lintas. Bekerja sebagai debugger di perusahaan kontrkator
pertahanan TRW, dan sebagai penanggungjawab komputerisasi jadwal sekolah,
melengkapi pengalaman Bill Gates.
Musim gugur 1973, Bill Gates berangkat menuju Harvard University dan terdaftar
sebagai siswa fakultas hukum. Bill mampu dengan baik mengikuti kuliah, namun
sama seperti ketika di SMA, perhatiannya segera beralih ke komputer. Selama di
Harvard, hubungannya dengan Allen tetap dekat. Bill dikenal sebagai seorang jenius
di Harvard. Bahkan salah seorang guru Bill mengatakan bahwa Bill adalah
programmer yang luar biasa jenius, namun seorang manusia yang menyebalkan.

Desember 1974, saat hendak mengunjungi Bill Gates, Paul Allen membaca artikel
majalah Popular Electronics dengan judul “World`s First Microcomputer Kit to Rival
Commercial Models”. Artikel ini memuat tentang komputer mikro pertama Altair
9090. Allen kemudian berdiskusi dengan Bill Gates. Mereka menyadari bahwa era
“komputer rumah” akan segera hadir dan meledak, membuat keberadaan software
untuk komputer - komputer tersebut sangat dibutuhkan. Dan ini merupakan
kesempatan besar bagi mereka.
Kemudian dalam beberapa hari, Gates menghubungi perusahaan pembuat Altair,
MITS (Micro Instrumentation and Telemetry Systems). Dia mengatakan bahwa dia
dan Allen, telah membuat BASIC yang dapat digunakan pada Altair. Tentu saja ini
adalah bohong. Bahkan mereka sama sekali belum menulis satu baris kode pun.
MITS, yang tidak mengetahui hal ini, sangat tertarik pada BASIC. Dalam waktu 8
minggu BASIC telah siap. Allen menuju MITS untuk mempresentasikan BASIC. Dan
walaupun, ini adalah kali pertama bagi Allen dalam mengoperasikan Altair, ternyata
BASIC dapat bekerja dengan sempurna. Setahun kemudian Bill Gates
meninggalkan Harvard dan mendirikan micr*soft.

Kisah Bill Gates Meninggalkan Harvard Demi Mengejar
Impian
Ketika ia bosan dengan Harvard, Gates melamar pekerjaan-pekerjaan yang
berhubungan dengan komputer di daerah Boston. Gates mendorong Paul Allen
untuk mencoba melamar sebagai pembuat program di Honey-well agar keduanya
dapat melanjutkan impian mereka untuk mendirikan sebuah perusahaan perangkat
lunak.
Pada suatu hari di bulan Desember yang beku, Paul Allen melihat sampul depan
majalah Popular Mechanics, terbitan Januari 1975, yaitu gambar komputer mikro
rakitan baru yang revolusioner MITS Altair 8080 (Komputer kecil ini menjadi cikal
bakal PC di kemudian hari). Kemudian Allen menemui Gates dan membujuknya
bahwa mereka harus mengembangkan sebuah bahasa untuk mesin kecil sederhana
itu. Allen terus mengatakan, Yuk kita dirikan sebuah perusahaan. Yuk kita lakukan.
Kami sadar bahwa revolusi itu bisa terjadi tanpa kami. Setelah kami membaca artikel
itu, tak diragukan lagi imana kami akan memfokuskan hidup kami. Kedua sahabat itu
bergegas ke sebuah komputer Harvard untuk menulis sebuah adaptasi dari program
bahasa BASIC. Gates dan Allen percaya bahwa komputer kecil itu dapat melakukan
keajaiban. Dari sana pula mereka mempunyai mimpi, tersedianya sebuah komputer
di setiap meja tulis dan di setiap rumah tangga.
Semangat Allen dan Gates tidak percuma. Berawal dari komputer kecil itulah yang
menjadi mode dari segala macam komputansi. Dan sekarang bisa Anda lihat bahwa
PC telah benar-benar menjadi alat jaman informasi. Dan hampir setiap orang
mengenal Bill Gates sebagai orang terkaya di dunia saat ini.
"Orang yang sukses adalah orang yang memiliki mimpi dan keyakinan bahwa
mimpi itu akan dapat terjadi berapapun harga yang harus ia bayar..."

Alkisah si ibu bermata satu yang mempunyai seorang anak
laki-laki.
Ketika anak laki-lakinya pergi sekolah SD, si ibu datang ke sekolah untuk melihat2
anaknya. Tapi apa yang terjadi, si anak laki-lakinya jadi malu karena diolok-olok oleh
teman-teman, karena dia mempunya ibu bermata satu. Sesampai di rumah si ibu
dimarahin oleh si anak. Sejak itu si ibu tidak dibolehkan ketemu orang-orang lain
agar si anak tidak malu.
Setelah anaknya dewasa, si anak telah bekerja dan sukses, dan sudah berkeluarga
dan mempunyai istri yang cantik dan anak2 yang lucu.... si ibu rindu ingin ketemu
dengan anak dan cucunya. Sesampai di depan pintu rumah anak laki-lakinya, dia
diusir oleh anaknya sendiri, seraya berkata: untuk apa kamu datang kesini orang tua
bermata satu, kamu telah menakutkan anak-anakku, kata si anak. Akhirnya, si ibu
pulang dengan bersedih hati. Dia akhirnya hanya melihat cucu2nya di depan pagar,
lalu perlu.
Sekian lama waktu berlalu, si ibu akhirnya sakit dan sepertinya tidak akan lama lagi
umurnya. Dia memberi tahukan berita ini kepada anak laki-lakinya itu, bahwasanya
dia sedang sakit parah. Tapi, si anak laki2 tetap tidak mau ketemu ibunya. Ajalnya
pun menjemputnya.
Selang beberapa waktu, si istri dari si anak laki2 bertanya ke suaminya: mengapa
kamu tidak datang ke rumah ibumu?
Dia menjawab: saya sedang sibuk. Tapi akhirnya, dia dibujuk oleh istrinya, agar
pergi ke rumah ibunya tersebut sekali saja karena ibunya sudah tiada.
Akhirnya si anak laki2 pergilah ke rumah almarhum ibunya, dia masuk ke rumah
yang telah lama dia tinggalkannya, dan ada secarik kertas yang ditinggalkan oleh
ibunya berisi: "anakku, aku sangat bahagia melihatmu dari kecil, sampai dewasa dan
mlenjadi sukses sekarang ini. ketahuilah nak, bahwasanya kamu kecil hanya
mempunyai mata satu, aku telah merelakan mata yang satu lagi diberikan
kepadamu, agar kamu bisa hidup bahagia nantinya".
Si anak akhirnya, menanggis sijadi-jadinya: oh..ibu.............maafkan aku selama ini.

Lelaki yang gelisah
Dari pinggir kaca nako, di antara celah kain gorden, saya melihat lelaki itu mondar-
mandir di depan rumah. Matanya berkali-kali melihat ke rumah saya.Tangannya
yang dimasukkan ke saku celana, sesekali mengelap keringat di keningnya. Dada
saya berdebar menyaksikannya.
Apa maksud remaja yang bisa jadi umurnya tak jauh dengan anak sulung saya yang
baru kelas 2 SMU itu? Melihat tingkah lakunya yang gelisah, tidakkah dia punya
maksud buruk dengan keluarga saya? Mau merampok? Bukankah sekarang ini
orang merampok tidak lagi mengenal waktu? Siang hari saat orang-orang lalu-lalang
pun penodong bisa beraksi, seperti yang banyak diberitakan koran. Atau dia punya
masalah dengan Yudi, anak saya? Kenakalan remaja saat ini tidak lagi enteng.
Tawuran telah menjadikan puluhan remaja meninggal.
Saya berdoa semoga lamunan itu salah semua. Tapi mengingat peristiwa buruk itu
bisa saja terjadi, saya mengunci seluruh pintu dan jendela rumah. Di rumah ini,
pukul sepuluh pagi seperti ini,saya hanya seorang diri. Kang Yayan, suami saya, ke
kantor. Yudi sekolah, Yuni yang sekolah sore pergi les Inggris, dan Bi Nia sudah
seminggu tidak masuk. Jadi kalau lelaki yang selalu memperhatikan rumah saya itu
menodong, saya bisa apa? Pintu pagar rumah memang terbuka. Siapa saja bisa
masuk. Tapi mengapa anak muda itu tidak juga masuk? Tidakkah dia menunggu
sampai tidak ada orang yang memergoki? Saya sedikit lega saat anak muda itu
berdiri di samping tiang telepon.
Saya punya pikiran lain.
Mungkin dia sedang menunggu seseorang, pacarnya, temannya, adiknya, atau
siapa saja yang janjian untuk bertemu di tiang telepon itu. Saya memang tidak mesti
berburuk sangka seperti tadi. Tapi dizaman ini, dengan peristiwa-peristiwa buruk,
tenggang rasa yang semakin menghilang, tidakkah rasa curiga lebih baik daripada
lengah? Saya masih tidak beranjak dari persembunyian, di antara kain gorden, di
samping kaca nako. Saya masih was-was karena anak muda itu sesekali masih
melihat ke rumah.
Apa maksudnya?
Ah, bukankah banyak pertanyaan di dunia ini yang tidak ada jawabannya. Terlintas
di pikiran saya untuk menelepon tetangga. Tapi saya takut jadi ramai. Bisa-bisa
penduduk se-kompleks mendatangi anak muda itu. Iya kalau anak itu ditanya-tanya
secara baik, coba kalau belum apa-apa ada yang memukul. Tiba-tiba anak muda itu
membalikkan badan dan masuk ke halaman rumah. Debaran jantung saya
mengencang kembali. Saya memang mengidap penyakit jantung. Tekad saya untuk
menelepon tetangga sudah bulat, tapi kaki saya tidak bisa melangkah.
Apalagi begitu anak muda itu mendekat, saya ingat, saya pernah melihatnya dan
punya pengalaman buruk dengannya. Tapi anak muda itu tidak lama di teras rumah.
Dia hanya memasukkan sesuatu ke celah di atas pintu dan bergegas pergi. Saya
masih belum bisa mengambil benda itu karena kaki saya masih lemas.
Saya pernah melihat anak muda yang gelisah itu di jembatan penyeberangan, entah
seminggu atau duaminggu yang lalu. Saya pulang membeli bumbu kue waktu itu.
Tiba-tiba di atas jembatan penyeberangan, saya ada yang menabrak, saya hampir
jatuh. Si penabrak yang tidak lain adalah anak muda yang gelisah dan mondar-
mandir di depan rumah itu, meminta maaf dan bergegas mendahului saya. Saya
jengkel, apalagi begitu sampai di rumah saya tahu dompet yang disimpan di kantong
plastik, disatukan dengan bumbu kue, telah raib.
Dan hari ini, lelaki yang gelisah dan si penabrak yang mencopet itu, mengembalikan
dompet saya lewat celah di atas pintu. Setelah saya periksa, uang tiga ratus ribu
lebih, cincin emas yang selalu saya simpan di dompet bila bepergian, dan surat-
surat penting, tidak ada yang berkurang. Lama saya melihat dompet itu dan
melamun. Seperti dalam dongeng. Seorang anak muda yang gelisah, yang siapa
pun saya pikir akan mencurigainya, dalam situasi perekonomian yang morat-marit
seperti ini, mengembalikan uang yang telah digenggamnya.
Bukankah itu ajaib, seperti dalam dongeng. Atau hidup ini memang tak lebih dari
sebuah dongengan? Bersama dompet yang dimasukkan ke kantong plastik hitam itu
saya menemukan surat yang dilipat tidak rapi. Saya baca surat yang berhari-hari
kemudian tidak lepas dari pikiran dan hati saya itu.
Isinya seperti ini:
“Ibu yang baik, maafkan saya telah mengambil dompet Ibu. Tadinya saya mau
mengembalikan dompet Ibu saja, tapi saya tidak punya tempat untuk mengadu,
maka saya tulis surat ini, semoga Ibu mau membacanya. Sudah tiga bulan saya
berhenti sekolah. Bapak saya di-PHK dan tidak mampu membayar uang SPP yang
berbulan-bulan sudah nunggak, membeli alat-alat sekolah dan memberi ongkos.
Karena kemampuan keluarga yang minim itu saya berpikir tidak apa-apa saya
sekolah sampai kelas 2 STM saja. Tapi yang membuat saya sakit hati, Bapak
kemudian sering mabuk dan judi buntut yang beredar sembunyi-sembunyi itu. Adik
saya yang tiga orang, semuanya keluar sekolah. Emak berjualan goreng-gorengan
yang dititipkan di warung-warung. Adik-adik saya membantu mengantarkannya.
Saya berjualan koran, membantu-bantu untuk beli beras.
Saya sadar, kalau keadaan seperti ini, saya harus berjuang lebih keras. Saya mau
melakukannya. Dari pagi sampai malam saya bekerja. Tidak saja jualan koran, saya
juga membantu nyuci piring di warung nasi dan kadang (sambil hiburan) saya
ngamen. Tapi uang yang pas-pasan itu (Emak sering gagal belajar menabung dan
saya maklum), masih juga diminta Bapak untuk memasang judi kupon gelap.
Bilangnya nanti juga diganti kalau angka tebakannya tepat.
Selama ini belum pernah tebakan Bapak tepat. Lagi pula Emak yang taat beribadah
itu tidak akan mau menerima uang dari hasil judi, saya yakin itu. Ketika Bapak
semakin sering meminta uang kepada Emak, kadang sambil marah-marah dan
memukul, saya tidak kuat untuk diam. Saya mengusir Bapak. Dan begitu Bapak
memukul, saya membalasnya sampai Bapak terjatuh-jatuh. Emak memarahi saya
sebagai anak laknat. Saya sakit hati. Saya bingung. Mesti bagaimana saya? Saat
Emak sakit dan Bapak semakin menjadi dengan judi buntutnya, sakit hati saya
semakin menggumpal, tapi saya tidak tahu sakit hati oleh siapa.
Hanya untuk membawa Emak ke dokter saja saya tidak sanggup. Bapak yang
semakin sering tidur entah di mana, tidak perduli. Hampir saya memukulnya lagi. Di
jalan, saat saya jualan koran, saya sering merasa punya dendam yang besar tapi
tidak tahu dendam oleh siapa dan karena apa. Emak tidak bisa ke dokter. Tapi
orang lain bisa dengan mobil mewah melenggang begitu saja di depan saya,
sesekali bertelepon dengan handphone. Dan di seberang stopan itu, di warung jajan
bertingkat, orang-orang mengeluarkan ratusan ribu untuk sekali makan. Maka tekad
saya, Emak harus ke dokter. Karena dari jualan koran tidak cukup, saya
merencanakan untuk mencopet.

Berhari-hari saya mengikuti bus kota, tapi saya tidak pernah berani menggerayangi
saku orang. Keringat dingin malah membasahi baju. Saya gagal jadi pencopet. Dan
begitu saya melihat orang-orang belanja di toko, saya melihat Ibu memasukkan
dompet ke kantong plastik. Maka saya ikuti Ibu. Di atas jembatan penyeberangan,
saya pura-pura menabrak Ibu dan cepat mengambil dompet. Saya gembira ketika
mendapatkan uang 300 ribu lebih. Saya segera mendatangi Emak dan mengajaknya
ke dokter.
Tapi Ibu, Emak malah menatap saya tajam. Dia menanyakan, dari mana saya dapat
uang. Saya sebenarnya ingin mengatakan bahwa itu tabungan saya, atau meminjam
dari teman. Tapi saya tidak bisa berbohong. Saya mengatakan sejujurnya, Emak
mengalihkan pandangannya begitu saya selesai bercerita.
Di pipi keriputnya mengalir butir-butir air. Emak menangis. Ibu, tidak pernah saya
merasakan kebingungan seperti ini. Saya ingin berteriak. Sekeras-kerasnya.
Sepuas-puasnya. Dengan uang 300 ribu lebih sebenarnya saya bisa makan-makan,
mabuk, hura-hura. Tidak apa saya jadi pencuri. Tidak perduli dengan Ibu, dengan
orang-orang yang kehilangan. Karena orang-orang pun tidak perduli kepada saya.
Tapi saya tidak bisa melakukannya. Saya harus mengembalikan dompet Ibu. Maaf.”
Surat tanpa tanda tangan itu berulang kali saya baca. Berhari-hari saya mencari-cari
anak muda yang bingung dan gelisah itu. Di setiap stopan tempat puluhan anak-
anak berdagang dan mengamen. Dalam bus-bus kota. Di taman-taman. Tapi anak
muda itu tidak pernah kelihatan lagi. Siapapun yang berada di stopan, tidak
mengenal anak muda itu ketika saya menanyakannya.
Lelah mencari, di bawah pohon rindang, saya membaca dan membaca lagi surat
dari pencopet itu. Surat sederhana itu membuat saya tidak tenang. Ada sesuatu
yang mempengaruhi pikiran dan perasaan saya. Saya tidak lagi silau dengan segala
kemewahan. Ketika Kang Yayan membawa hadiah-hadiah istimewa sepulang
kunjungannya ke luar kota, saya tidak segembira biasanya.Saya malah
mengusulkan oleh-oleh yang biasa saja. Kang Yayan dan kedua anak saya mungkin
aneh dengan sikap saya akhir-akhir ini.
Tapi mau bagaimana, hati saya tidak bisa lagi menikmati kemewahan. Tidak ada lagi
keinginan saya untuk makan di tempat-tempat yang harganya ratusan ribu sekali
makan, baju-baju merk terkenal seharga jutaan, dan sebagainya. Saya menolaknya
meski Kang Yayan bilang tidak apa sekali-sekali. Saat saya ulang tahun, Kang
Yayan menawarkan untuk merayakan di mana saja. Tapi saya ingin memasak di
rumah, membuat makanan, dengan tangan saya sendiri.
Dan siangnya, dengan dibantu Bi Nia, lebih seratus bungkus nasi saya bikin. Diantar
Kang Yayan dan kedua anak saya, nasi-nasi bungkus dibagikan kepada para
pengemis, para pedagang asongan dan pengamen yang banyak di setiap stopan. Di
stopan terakhir yang kami kunjungi, saya mengajak Kang Yayan dan kedua anak
saya untuk makan bersama. Diam-diam air mata mengalir di mata saya.
Yuni menghampiri saya dan bilang, “Mama, saya bangga jadi anak Mama.”
Dan saya ingin menjadi Mama bagi ribuan anak-anak lainnya.

Pelajaran dari bocah penjual Koran
Pagi itu seperti biasa saya berangkat pagi setelah subuh dari rumah, ke tempat
penyimpanan motor di bilangan cawang, uki, walau sering terlambat, kali ini saya
datang labih awal ketempat menunggu bis antar jemput yang membawa saya ke
kantor, saya menyukai naik bus jemputan karena lelah berkendara dari depok-
cikarang. Tidak tahan kemacetan ibu kota.
Seperti biasa saya duduk bersama rekan rekan sambil menunggu jemputan. Tetapi
karena saya datang lebih awal, munculah seorang bocah lelaki yang seperti biasa
menawarkan Koran kepada semua penduduk shelter.
" Koran, Koran, Kompas, Media, tempo, republika, warta kota" begitu teriak bocah
laki-laki tersebut menawarkan Koran kepada kami. "Koran bang" dia menawari ku
untuk membeli Koran. "seperti biasa kompas satu" kataku meminta Koran yang
biasa kubaca setiap pagi.
Tangan mungilnya dengan cekatan memilih Koran yang kuminta diantara tumpukan
Koran dagangannya.
" ini bang Koran kompasnya" memberi Koran yang aku minta kepadanya, "nih ada
kembaliaanya engga" kataku sambil menyodorkan uang Rp 50.000, kepadanya.
"beres bang, pasti ada" segera dikeluarkan kembaliannya dari tas gembloknya yang
kotor, "wah pagi-pagi uangnya dah banyak ya" kataku kepada bocah tersebut.
"Allhamdulilah bang, rejeki saya lagi lancar" katanya sambil tersenyum senang. Dan
setelah itu diapun berlalu menawarkan Koran kepada para penghuni shelter lainnya.
Saat ini pukul 05.20, masih terlalu lama jemputan ku datang, maka saya
menyempatkan membaca koran kompas yang tadi saya beli pada bocah tukang
Koran tersebut.
Tanpa sadar saya memperhatikan betapa gigih seorang bocah tukang Koran tersbut
mencari uang, dengan menawarkan daganganya kepada semua orang yang datang
dan pergi silih beranti.
Sepintas tampak keringat membasahi wajahnya yang tegar dalam usia beliaya harus
berjuang memperoleh uang secara halal dan sebagai pekerja keras.
" Koran, mba ada tabloid nova, ada berita selebritisnya nih mba, atau ini tabloid
bintang, ada kabar artis bercerai" katanya bagai seorang marketing ulung tanpa
menyerah dia menawarkan Koran kepada seorang wanita setengah baya yang pada
akhirnya menyerah dan membeli satu tabloid yang disebut sang bocah tersebut.
Sambil memperhatikan terbersit rasa kagum dan rasa haru kepada bocah tersebut,
dan memperhatikan betapa gigihnya dia berusaha, hanya tampak senyum ceria
yang membuat semua orang yang ditawarinya tidak marah. Tidak terdapat sedikit
pun rasa putus asa dalam dirinya, walaupun terkadang orang yang ditawarinya tidak
membeli korannya.
Sesaat mungkin bocah tersebut lelah menawarkan korannya, dan dia terduduk
disampingku, "kamu engga sekolah dik" tanyaku kepadanya "engga bang, saya tidak
ingin sekolah tinggi-tinggi" katanya.
"engga ada biaya dik' tanyaku menyelidik, "Bukan bang, walau saya tukang Koran
saya punya cita-cita" jawabnya, "maksudnya, kan dengan sekolah kamu bisa
mewujudkan cita-cita kamu dengan lebih mudah" kataku menjawab.
"Aku sering baca Koran bang, banyak orang yang telah sekolah tinggi bahkan
sarjana tidak bekerja bang, alias nganggur. Mending saya walau sekolah tidak tinggi
saya punya penghasilan bang" katanya berusaha menjelaskan kepadaku. "abang ku
bang, tidak sekolah bisa buka agen Koran penghasilan sebulannya bisa 3-4 juta
bang, saya baca di Koran gaji pegawai honorer Cuma 700ribu, jadi buat apa saya
sekolah bang" tanyanya kepadaku
Saya mengerutkan kening, tertanda saya tekejut dengan jawaban bocah kecil
tersebut pemikiran yang tajam, dan sebuah keritik yang dalam buat saya yang
seorang sarjana. Dalam hati saya membenarkan perkataan anak tersebut, UMR
kota bekasi saja +/-900rb untuk golongan smu.
Saya pun tersenyum mendengar jawaban anak tersebut, kemudian bus jenputan
saya pun tiba dan saya meninggalkan bocah tersebut tanpa bisa menjawab
pertanyaanya, apa tujuan kita sekolah, menjadi sarjana.?
Karena banyak sarjana sekarang yang begitu lepas kerja mengaggur, tidak punya
penghasilan, dan banyak juga karena belum bisa bekerja yang melanjutkan S2
dengan alas an ingin mengisi waktu luang dan menambah nilai jual dirinya.
Tapi pernyataan bocah penjual Koran tersebut menyadarkan saya, tentang rejeki,
dan tujuan dari bersekolah, yang saat ini saya mungkin kalah dengan bocah kecil
tersebut, walau saya seorang yang mempunyai penghasilan dan mempunyai suatu
jabatan saya hanyalah manusia gajian, saya hanya seorang buruh.
Beda dengan bocah kecil tersebut, dalam usia belia dia sudah bisa menjadi majikan
untuk dirinya sendri. Sungguh hebat pemikiran lugu bocah penjual Koran tersebut.
pembalajaran yang menarik dari seorang bocah kecil yang setiap hari kutemui.(EA)
"Rizky Tuhan sungguh tidak terbatas, tinggal kemauan kita untuk dapat berusaha
menggapainYa"
"Pelajaran Dapat di peroleh tidak hanya di pendidikan formal, Dan
dunia pun banyak memberi pelajaran untuk kita"

Sapu tangan yang lusuh
Malam bintang terang. Namun, cahaya itu tidak seterang kasih seorang ibu.
Kasihnya tidak akan pernah usai sepanjang hayat kepada anak-anaknya.
Ibu saya sehari-hari adalah seorang penjaga kantin di sebuah SMP swasta di
Bekasi. Dia juga membuat nasi uduk dan kue yang dititipkan di kantin dan warung-
warung lain. Bangun pukul setengah empat pagi, baru beranjak ke peraduan pukul
sebelas malam. Begitu terus, hidupnya dijalani tanpa mengeluh.
Penghasilan bapak yang tidak seberapa ditopang oleh hasil jualan ibu. Sejak SD
sampai SMA, dari hasil jual kue itulah, saya dan adik-adik dapat uang saku. Saya
jadi teringat Ibu A. Yani (janda alm. Jend. Ahmad Yani). Setelah Pak Yani meninggal
karena dibunuh pada 1 Oktober 1965, Ibu Yani menghidupi keluarganya dari
berjualan minyak tanah. Namun, beliau tak pernah malu atau gengsi. Justru, anak-
anaknya kelak menjadi orang yang berhasil dalam pendidikan dan karir mereka.
Itulah yang menjadi kebanggaan saya terhadap sosok bunda. Gurat wajahnya yang
telah mengerut menampakkan bahwa dia terlampau akrab dengan kerja kerasnya.
Tangannya dipenuhi otot yang tampak ramah.
Jarang saya melihat dia pakai bedak, apalagi make-up. Seumur-umur, saya baru
melihat bunda pakai make-up pada saat saya sudah beranjak dewasa. Itu pun pada
saat saya diwisuda bersama ribuan wisudawan Unesa di Islamic Center, Surabaya
sekian tahun yang lampau. Dia bilang ingin tampil cantik pada momen tersebut.
Setelah itu, kami sudah jarang bertemu. Saya memilih untuk menetap di Surabaya.
Dalam setahun, kadang cuma sekali saya pulang ke Bekasi. Itu pun pas libur
Lebaran atau Natal.
Meretas cinta itu tak pernah habis. Itulah ibu. Ketika berjanji untuk memperkenalkan
calon pendamping hidup saya, saya berkesempatan bertemu dengan ibu lagi di
Surabaya.
Beliau memberi sapu tangan kain lusuh kepada saya. Sampai di situ, saya masih
belum mengerti makna yang tersingkap dari pemberian tersebut.
Bunda bilang bahwa sapu tangan itulah yang dia gunakan untuk mengompres saya
saat mengalami kecelakaan motor yang membuat kaki saya patah pada 31
Desember 1998.
Setelah saya harus berpisah dengan orang tua pada akhir Agustus 1999 untuk
kuliah di Surabaya, ternyata sapu tangan tersebut masih disimpan oleh bunda.
Kesibukan menjalani hari-hari pada masa kuliah seolah membuat saya menjadi
jarang berkomunikasi dengan keluarga di Bekasi. Namun tidak dengan bunda. Sapu
tangan itu tetap dia simpan untuk memendam kangennya pada saya. Hanya, saya
sama sekali tidak menyangka sampai seperti itu. Saya sendiri baru tahu dua minggu
lalu, saat memperkenalkan pujaan hati.
Setelah berkisah, bunda memberikan sapu tangan itu kepada saya dan merestui
hubungan kami. Saya seakan tidak bisa berkata sepatah kata pun. Lidah ini terasa
kaku. Hati bergetar karena terharu.
Bagaimana mungkin bahwa sapu tangan yang sudah lusuh itu masih disimpan
sekian tahun hanya untuk memendam kangen pada anaknya?
Bukan kata-kata, tapi dengan sapu tangan lusuh itulah bunda menohok saya dengan
cinta yang sederhana. Cinta tulus yang tak pernah berharap balasan dari siapa
maupun anaknya sendiri sekalipun. Bintang itu terang.
Lewat sapu tangan lusuh tersebut, zaman boleh berubah. Tapi, cinta dan kerinduan
seorang ibu tak bisa digerus waktu. Ia ada sampai kapan pun. Tak bisa dibalas
dengan apa pun.