Senin, 30 April 2012
DATA PRESTASI SEKOLAH
Setiap kali ada avent kejuaraan atau lomba baik dari Dinas ataupun bukan, sekolah kami berusaha untuk dapat mengikutinya. Alhamdulilah, ada beberapa yang mampu kami menangkan, antara lain :
- MTQ khususnya SLK : Juara I Propinsi DIY tahun 2007 ( Latu Arifian Priyono )
Juara I Kabupaten tahun 2009 ( Liantera Maulid Priyono )
Juara 4 SLK MTQ Kec. Gamping
- Olahraga : Juara I Bola Voli putri Kab. Sleman 2007 ( Ayu Wandana,
Mala, Icha, Wiwik, Anggi )
Juara I Bola Voli putri Kab. Sleman 2008 ( Lina, Mifta, Novita,
Surti, Putri )
Juara I Bola Voli Putri Kab Sleman 2009 ( Ronaa, Tari, Surti,
Dea, Cahya ( SD Nogotirto )
Juara II Bola Voli Putri Kab. Sleman 2010 ( Febry, Vio, Putri,
Bela, Bulan )
Juara II Tenis Lapangan Putra Prop. DIY 2008 ( Rahman Adi )
Juara I Tenis Lapangan Putri Prop. DIY 2009 ( Ayu Maharani )
Juara I Tenis Lapangan Putri Kab. Sleman 2010 ( Ayu Maharani )
Juara I Bola voli mini Haornas Kec. Gamping
( Nita, Albet, Bulan, Arifah, Tiara, Lestari )
Juara I Tenis lapangan Putri Kab. Sleman 2011 ( Ayu Maharani )
Juara I Bola voli mini putri Kab. Sleman 2011
( Bulan,Albet,Arifah, Tiara, Lestari )
Juara II Bola voli mini putri O2SN Kab. Sleman 2012
( Albet, Arifah, Tiara, Lestari, Alvira )
PERANAN KI HADJAR DEWANTARA BAGI PENDIDIKAN DI INDONESIA
Ki Hajar Dewantara atau Raden Mas Suwardi Suryaningrat, lahir di Yogyakarta 2
Mei 1889, dan meninggal di Yogyakarta 26 April 1959, pada umur 69
tahun. Ia juga sering dipanggil Soewardi. Ki Hajar Dewantara adalah
aktivis pergerakan kemerdekaanIndonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor
pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri perguruan Taman Siswa. Suatu lembaga pendidikan
yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa
memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang
Belanda.
Tanggal kelahirannya sekarang diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional. Namanya diabadikan sebagai salah satu nama kapal perang Indonesia KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas 20.000 rupiah.
Soewardi berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Ia menamatkan pendidikan dasar di ELS (sekolah dasar Eropa/Belanda) kemudian sempat melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputra), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Ia kemudian bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar, antara lain Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis andal. Tulisan-tulisannya komunikatif dengan semangat antikolonial.
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO), tahun 1008. Ia aktif di seksi propaganda untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakatIndonesia(terutama Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama BO di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya.
Soewardi muda juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda atas pengaruh Ernest Douwes Dekker (DD). Ketika Douwes Dekker mendirikan Indische Partij, Soewardi diajaknya pula.
Sewaktu pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan dari warga termasuk pribumi untuk perayaan kemerdekaan dari Prancis pada tahun 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis, termasuk Soewardi. Ia kemudian menulis, “Een Voor Allen maar Ook voor Een” atau “Satu untuk semua, tetapi semua untuk satu juga”. Namun, kolom Soewardi yang paling terkenal adalah “Seandainya Aku Seorang Belanda” (Als ik eens Nederlander was) dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker tahun 1913. Isi artikel ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda. Kutipan tulisan tersebut antara lain sebagai berikut.
Beberapa pejabat Belanda menyangsikan tulisan ini asli dibuat oleh Soewardi sendiri karena gaya bahasanya yang berbeda dengan tulisan-tulisan lain. Kalaupun benar ia yang menulis, mereka menganggap Douwes Dekker berperan dalam memanas-manasi Soewardi untuk menulis dengangayademikian.
Akibat tulisan ini, ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Namun demikian, kedua rekannya, Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo memprotes, dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda (1913). Ketiga tokoh ini dikenal sebagai “Tiga Serangkai”. Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun.
Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Indesche Vereeniging (Perhimpunan Hindia). Di sinilah, ia merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. Dalam studinya ini, Soewardi terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan oleh keluarga Tagore. Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.
Setelah kembali keIndonesiapada bulan September 1919, Soewardi segera bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Saat ia genap berusia 40 tahun, menurut hitungan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya dia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.
Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidik Indonesia. Secara utuh semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi, “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.” Di depan menjadi teladan, di tengah membangun, di belakang mendukung. Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyatIndonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.
Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia. Pada tahun 1957, ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr. HC) dari universitas tertuaIndonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan hari pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959). Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959.
Tanggal kelahirannya sekarang diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional. Namanya diabadikan sebagai salah satu nama kapal perang Indonesia KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas 20.000 rupiah.
Soewardi berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Ia menamatkan pendidikan dasar di ELS (sekolah dasar Eropa/Belanda) kemudian sempat melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputra), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Ia kemudian bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar, antara lain Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis andal. Tulisan-tulisannya komunikatif dengan semangat antikolonial.
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO), tahun 1008. Ia aktif di seksi propaganda untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakatIndonesia(terutama Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama BO di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya.
Soewardi muda juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda atas pengaruh Ernest Douwes Dekker (DD). Ketika Douwes Dekker mendirikan Indische Partij, Soewardi diajaknya pula.
Sewaktu pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan dari warga termasuk pribumi untuk perayaan kemerdekaan dari Prancis pada tahun 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis, termasuk Soewardi. Ia kemudian menulis, “Een Voor Allen maar Ook voor Een” atau “Satu untuk semua, tetapi semua untuk satu juga”. Namun, kolom Soewardi yang paling terkenal adalah “Seandainya Aku Seorang Belanda” (Als ik eens Nederlander was) dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker tahun 1913. Isi artikel ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda. Kutipan tulisan tersebut antara lain sebagai berikut.
“Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya.”
Beberapa pejabat Belanda menyangsikan tulisan ini asli dibuat oleh Soewardi sendiri karena gaya bahasanya yang berbeda dengan tulisan-tulisan lain. Kalaupun benar ia yang menulis, mereka menganggap Douwes Dekker berperan dalam memanas-manasi Soewardi untuk menulis dengangayademikian.
Akibat tulisan ini, ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Namun demikian, kedua rekannya, Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo memprotes, dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda (1913). Ketiga tokoh ini dikenal sebagai “Tiga Serangkai”. Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun.
Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Indesche Vereeniging (Perhimpunan Hindia). Di sinilah, ia merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. Dalam studinya ini, Soewardi terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan oleh keluarga Tagore. Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.
Setelah kembali keIndonesiapada bulan September 1919, Soewardi segera bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Saat ia genap berusia 40 tahun, menurut hitungan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya dia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.
Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidik Indonesia. Secara utuh semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi, “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.” Di depan menjadi teladan, di tengah membangun, di belakang mendukung. Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyatIndonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.
Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia. Pada tahun 1957, ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr. HC) dari universitas tertuaIndonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan hari pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959). Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959.
Jumat, 27 April 2012
CERITA MOTIVASI
Mereka yang tidak pernah menyerah
|
1. NANCY MATTHEWS EDISON
|
suatu hari, seorang
bocah berusia 4 tahun, agak tuli dan bodoh di sekolah, pulang
ke rumahnya membawa
secarik kertas dari gurunya. ibunya membaca kertas
tersebut, "
Tommy, anak ibu, sangat bodoh. kami minta ibu untuk mengeluarkannya
dari sekolah."
|
sang ibu terhenyak
membaca surat ini, namun ia segera membuat tekad yang teguh,
" anak saya
Tommy, bukan anak bodoh. saya sendiri yang akan mendidik dan
mengajar dia."
|
Tommy bertumbuh
menjadi Thomas Alva Edison, salah satu penemu terbesar di
dunia. dia hanya
bersekolah sekitar 3 bulan, dan secara fisik agak tuli, namun itu
semua ternyata bukan
penghalang untuk terus maju.
|
tak banyak orang
mengenal siapa Nancy Mattews, namun bila kita mendengar nama
Edison, kita langsung
tahu bahwa dialah penemu paling berpengaruh dalam sejarah.
Thomas Alva Edison
menjadi seorang penemu dengan 1.093 paten penemuan atas
namanya. siapa yang
sebelumnya menyangka bahwa bocah tuli yang bodoh
sampai-sampai diminta
keluar dari sekolah, akhirnya bisa menjadi seorang genius?
jawabannya adalah ibunya!
|
ya, Nancy Edison, ibu
dari Thomas Alva Edison, tidak menyerah begitu saja dengan
pendapat pihak sekolah
terhadap anaknya. Nancy yang memutuskan untuk menjadi
guru pribadi bagi
pendidikan Edison dirumah, telah menjadikan puteranya menjadi
orang yang percaya
bahwa dirinya berarti. Nancy yang memulihkan kepercayaan diri
Edison, dan hal itu
mungkin sangat berat baginya. namun ia tidak sekalipun
membiarkan
keterbatasan membuatnya berhenti...
|
2. JOANNE KATHLEEN ROWLING
|
sejak kecil, Rowling
memang sudah memiliki kegemaran menulis. bahkan di usia 6
tahun, ia sudah
mengarang sebuah cerita berjudul Rabbit. ia juga memiliki
kegemaran tanpa
malu-malu menunjukan karyanya kepada teman-teman dan
orangtuanya. kebiasaan
ini terus dipelihara hingga ia dewasa. daya imajinasi yang
tinggi itu pula yang
kemudian melambungkan namanya di dunia.
|
akan tetapi, dalam
kehidupan nyata, Rowling seperti tak henti disera masalah.
keadaan yang miskin,
yang bahkan membuat ia masuk dalam kategori pihak yang
berhak memperoleh
santunan orang miskin dari pemerintah Inggris, itu masih ia
alami ketika Rowling
menulis seri Harry Potter yang pertama. ditambah dengan
perceraian yang ia
alami, kondisi yang serba sulit itu justru semakin memacu dirinya
untuk segera menulis
dan menuntaskan kisah penyihir cilik bernama Harry Potter
yang idenya ia dapat
saat sedang berada dalam sebuah kereta api. tahun 1995,
dengan susah payah,
karena tak memiliki uang untuk memfotocopy naskahnya,
|
Rowling terpaksa
menyalin naskahnya itu dengan mengetik ulang menggunakan
sebuah mesin ketik
manual.
|
naskah yang akhirnya
selesai dengan perjuangan susah payah itu tidak lantas
langsung diterima dan
meledak di pasaran. berbagai penolakan dari pihak penerbit
harus ia alami
terlebih dahulu. diantaranya, adalah karena semula ia mengirim
naskah dengan memakai
nama aslinya, Joanne Rowling. pandangan meremehkan
penulis wanita yang
masih kuat membelenggu para penerbit dan kalangan
perbukuan menyebabkan
ia menyiasati dengan menyamarkan namanya menjadi JK
Rowling. memakai dua
huruf konsonan dengan harapan ia akan sama sukses
dengan penulis cerita
anak favoritnya CS Lewis.
|
akhirnya keberhasilan
pun tiba. Harry Potter luar biasa meledak dipasaran. semua
itu tentu saja adalah
hasil dari sikap pantang menyerah dan kerja keras yang luar
biasa. tak ada
kesukdedan yang dibayar dengan harga murah.
|
3. STEVE JOBS
|
tahun 1976, bersama
rekannya Steve Wozniak, Jobs yang baru berusia 21 tahun
mulai mendirikan Apple
Computer.Co di garasi milik keluarganya. dengan susah
payah mengumpulkan
modal yang diperoleh dengan menjual barang" mereka yang
paling berharga, usaha
itu pun dimulai. komputer pertama mereka, Apple 1 berhasil
mereka jual sebanyak
50 unit kepada sebuah toko lokal. dalam beberapa tahun,
usaha mereka cukup
berkembang pesat sehingga tahun 1983, Jobs menggaet John
Sculley dari Pepsi
Cola untuk memimpin perusahaan itu. sampai sejauh itu, Apple
Computer menuai
kesuksesan dan makin menancapkan pengaruhnya dalam industri
komputer terlebih
dengan diluncurkannya Macintosh. namun, pada tahun 1985,
setelah konflik dengan
Sculley, perusahaan memutuskan memberhentikan pendiri
mereka, yaitu Steve
Jobs sendiri.
|
setelah menjual
sahamnya, Jobs yang mengalami kesedihan luar biasa banyak
menghabiskan waktu
dengan bersepeda dan berpergian ke Eropa. namun, tak lama
setelah itu, pemecatan
tersebut rupanya justru membawa semangat baru bagi
dirinya. ia pun
memulai usaha baru yaitu perusahaan komputer NeXT dan
perusahaan animasi
Pixar. NeXT yang sebenarnya sangat maju dalam hal
teknologinya ternyata
tidak membawa hasil yang baik secara komersil. akan tetapi,
Pixar adalah sebuah
kisah sukses lain berkat tangan dinginnya. melalui Pixar, Jobs
membawa trend baru
dalam dunia film animasi seiring dengan diluncurkannya film
produksinya Toy Story
dan selanjutnya Finding Nemo dan The Incredibles.
|
sepeninggal Jobs dan
semakin kuatnya dominasi IBM dan micr*soft membuat Apple
kalah bersaing dan
nyaris terpuruk. maka, tahun 1997, Jobs dipanggil kembali untuk
mengisi posisi
pimpinan sementara. dengan mengaplikasi teknoligi yang dirancang
di NeXT, kali ini
Apple kembali bangkit dengan berbagai produk berteknologi maju
macam MacOS X, IMac
dan salah satu yang fenomenal yaitu iPod.
|
kisah sukses Steve
Jobs mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada kesuksesan
yang instan. penolakan
dan kegagalan seringkali mewarnai perjalanan hidup kita,
tapi jangan biarkan
semua itu membuat kita berhenti.
|
4. OPRAH WINFREY
|
Bermodal keberanian
“Menjadi Diri Sendiri”, Oprah menjadi presenter paling populer
di Amerika dan menjadi
wanita selebritis terkaya versi majalah Forbes, dengan
kekayaan lebih dari US
$ 1 Milyar. Copy acara “The Oprah Winfrey Show” telah
diputar di hampir
seluruh penjuru bumi ini.
|
TAHUKAH ANDA?
|
Lahir di Mississisipi
dari pasangan Afro-Amerika dengan nama Oprah Gail Winfrey.
Ayahnya mantan serdadu
yang kemudian menjadi tukang cukur, sedang ibunya
seorang pembantu rumah
tangga. Karena keduanya berpisah maka Oprah kecil pun
diasuh oleh neneknya
di dilingkungan yang kumuh dan sangat miskin. Luarbiasanya,
di usia 3 tahun Oprah
telah dapat membaca Injil dengan keras.
|
“Membaca adalah gerai
untuk mengenal dunia” katanya dalam suatu
wawancaranya.
|
Pada usia 9 tahun,
Oprah mengalami pelecehan sexual, dia diperkosa oleh saudara
sepupu ibunya beserta
teman-temannya dan terjadi berulang kali. Di usia 13 tahun
Oprah harus menerima
kenyataan hamil dan melahirkan, namun bayinya meninggal
dua minggu setelah
dilahirkan.
|
Setelah kejadian itu,
Oprah lari ke rumah ayahnya di Nashville. Ayahnya mendidik
dengan sangat keras
dan disiplin tinggi. Dia diwajibkan membaca buku dan
membuat ringkasannya
setiap pekan. Walaupun tertekan berat, namun kelak
disadari bahwa didikan
keras inilah yang menjadikannya sebagai wanita yang tegar,
percaya diri dan
berdisiplin tinggi.
|
Prestasinya sebagai
siswi teladan di SMA membawanya terpilih menjadi wakil siswi
yang diundang ke
Gedung Putih. Beasiswa pun di dapat saat memasuki jenjang
perguruan tinggi.
Oprah pernah memenangkan kontes kecantikan, dan saat itulah
pertama kali dia
menjadi sorotan publik..
|
Karirnya dimulai
sebagai penyiar radio lokal saat di bangku SMA. Karir di dunia TV
di bangun diusia 19
tahun. Dia menjadi wanita negro pertama dan termuda sebagai
pembaca berita stasiun
TV lokal tersebut. Oprah memulai debut talkshow TVnya
dalam acara People Are
Talking. Dan keputusannya untuk pindah ke Chicago lah
yang akhirnya membawa
Oprah ke puncak karirnya. The Oprah Winfrey Show
menjadi acara talkshow
dengan rating tertinggi berskala nasional yang pernah ada
dalam sejarah
pertelevisian di Amerika. Sungguh luar biasa!
|
Latar belakang kehidupannya
yang miskin, rawan kejahatan dan diskriminatif
mengusik hatinya untuk
berupaya membantu sesama. Tayangan acaranya di telivisi
selalu sarat dengan
nilai kemanusiaan, moralitas dan pendidikan. Oprah sadar, bila
dia bisa mengajak
seluruh pemirsa telivisi, maka bersama, akan mudah mewujudkan
segala impiannya demi
membantu mereka yang tertindas.
|
Oprah juga dikenal
dengan kedermawanannya. Berbagai yayasan telah disantuni,
antara lain, rumah
sakit dan lembaga riset penderita AIDs, berbagai sekolah,
penderita
ketergantungan, penderita cacat dan banyak lagi.
|
Dan yang terakhir,
pada 2 januari 2007 lalu, Oprah menghadiri peresmian sekolah
khusus anak-anak
perempuan di kota Henley-on-Klip, di luar Johannesburg, Afrika
selatan, yang
didirikannya bersama dengan pemirsa acara televisinya. Oprah
menyisihkan 20 juta
pounsterling ( 1 pons kira2 rp. 17.000,- )atau 340 milyiar rupiah
dari kekayaannya.
“Dengan memberi pendidikan yang baik bagi anak2 perempuan
ini, kita akan memulai
mengubah bangsa ini” ujarnya berharap.
Kisah Oprah Winfrey
ialah kisah seorang anak manusia yang tidak mau meratapi
nasib. Dia berjuang
keras untuk keberhasilan hidupnya, dan dia berhasil. Dia punya
mental baja dan mampu
mengubah nasib, dari kehidupan nestapa menjadi manusia
sukses yang punya
karakter. Semangat perjuangannya pantas kita teladani!
|
5. 7-UP
|
tentu kamu mengenal
7up. merk softdrink rasa jeruk nipis ini terbilang cukup populer
di penjuru dunia.
dibalik ketenaran merk 7up rupanya ada kisah yang sangat
menarik untuk kita
pelajari tentang arti "pantang menyerah".
|
awal mulanya
perusahaan ini mengambil nama 3up sebagai merek sodanya. namun
sayangnya, usaha ini
gagal. kemudian si pendiri kembali memperjuangkan bisnisnya
dan mengganti namanya
dengan 4up. malangnya, produk ini pun bernasib sama
dengan sebelumnnya.
selanjutnya dia berusaha bangkit lagi dan mengganti lagi
namanya menjadi 5up.
gagal lagi. kecintaanya pada soda membuatnya tak
menyerah dan berusaha
lagi dengan nama baru 6up. produk ini pun gagal dan dia
pun menyerah.
|
beberapa tahun
kemudian, orang lain muncul dan membuat soda dengan nama 7up
dan mendapat sukses
besar! mungkin kita tidak tahu kapan usaha kita akan
membuahkan hasil, tapi
suatu saat nanti pastilah waktu itu akan tiba. justru karena
kita ga tahu kapan
waktu keberhasilan kita, maka jangan pernah kita menghentikan
usaha kita dan
memutuskan untuk menyerah. 3up gagal, buatlah 4up! 4up gagal,
dirikan 5up! bahkan
meski harus muncul 6up, 7up, 8up, atau 100up sekalipun,
jangan pernah berhenti
sampai jerih payah kita membuahkan hasil.
|
percayalah bahwa Tuhan
menghargai usaha kita. keberhasilan ga datang pada
orang yang malas
berjuang dan gampang menyerah. tunjukan kualitas iman kita
melalui ketekunan kita
dalam berjuang! tetap semangat!
|
6. MARK ZUCKERBERG (FACEBOOK)
|
Pernah mendengar situs
jaringan pertemanan Friendster? Konon, melalui situs
tersebut, banyak
orang-orang yang lama tak bersua, bisa kembali bersatu, reunian,
dan bahkan berjodoh.
Karena itulah, situs pertemanan itu beberapa waktu lalu
sempat sangat popular.
Karena itu, tak heran jika setelah era suksesnya Friendster,
berbagai situs
jaringan pertemanan bermunculan. Salah satunya adalah Facebook.
|
Facebook ini
sebenarnya dibuat sebagai situs jaringan pertemanan terbatas pada
|
kalangan kampus
pembuatnya, yakni Mark Zuckerberg. Mahasiswa Harvard
University
tersebut-kala itu-mencoba membuat satu program yang bisa
menghubungkan
teman-teman satu kampusnya. Karena itulah, nama situs yang
digagas oleh Mark
adalah Facebook. Nama ini ia ambil dari buku Facebook, yaitu
buku yang biasanya
berisi daftar anggota komunitas dalam satu kampus. Pada
sejumlah college dan
sekolah preparatory di Amerika Serikat, buku ini diberikan
kepada mahasiswa atau
staf fakultas yang baru agar bisa lebih mengenal orang lain
di kampus
bersangkutan.
|
Pada sekitar tahun
2004, Mark yang memang hobi mengotak-atik program
pembuatan website
berhasil menulis kode orisinal Facebook dari kamar asramanya.
Untuk membuat situs
ini, ia hanya butuh waktu sekitar dua mingguan. Pria kelahiran
Mei 1984 itu lantas
mengumumkan situsnya dan menarik rekan-rekannya untuk
bergabung. Hanya dalam
jangka waktu relatif singkat-sekitar dua minggu-Facebook
telah mampu menjaring
dua per tiga lebih mahasiswa Harvard sebagai anggota
tetap.
|
Mendapati Facebook
mampu menjadi magnet yang kuat untuk menarik banyak
orang bergabung, ia
memutuskan mengikuti jejak seniornya-Bill Gates-memilih drop
out untuk menyeriusi
situsnya itu. Bersama tiga rekannya-andre McCollum, Dustin
Moskovitz, dan Chris
Hughes-Mark kemudian membuka keanggotaan Facebook
untuk umum.
|
Mark ternyata tak
sekadar nekad. Ia punya banyak alasan untuk lebih memilih
menyeriusi Facebook.
Mark dan rekannya berhasil membuat Facebook jadi situs
jaringan pertemanan
yang segera melambung namanya, mengikuti tren Friendster
yang juga berkembang
kala itu. Namun, agar punya nilai lebih, Mark pun mengolah
Facebook dengan
berbagai fitur tambahan. Dan, sepertinya kelebihan fitur inilah
yang membuat Facebook
makin digemari. Bayangkan, Ada 9.373 aplikasi yang
terbagi dalam 22
kategori yang bisa dipakai untuk menyemarakkan halaman
Facebook, mulai chat,
game, pesan instan, sampai urusan politik dan berbagai hal
lainnya. Hebatnya
lagi, sifat keanggotaan situs ini sangat terbuka. Jadi, data yang
dibuat tiap orang
lebih jelas dibandingkan situs pertemanan lainnya. Hal ini yang
membuat orang makin
nyaman dengan Facebook untuk mencari teman, baik yang
sudah dikenal ataupun
mencari kenalan baru di berbagai belahan dunia.
|
Sejak kemunculan
Facebook tahun 2004 silam, anggota terus berkembang pesat.
Prosentase kenaikannya
melebihi seniornya, Friendster. Situs itu tercatat sudah
dikunjungi 60 juta
orang dan bahkan Mark Zuckerberg berani menargetkan pada
tahun 2008 ini, angka
tersebut akan mencapai 200 juta anggota.
|
Dengan berbagai
keunggulan dan jumlah peminat yang luar biasa, Facebook
menjadi ‘barang
dagangan' yang sangat laku. Tak heran, raksasa software micr*soft
pun tertarik
meminangnya. Dan, konon, untuk memiliki saham hanya 1,6 persen
saja, micr*soft harus
mengeluarkan dana tak kurang dari US$ 240 juta. Ini berarti
nilai kapitalisasi
saham Facebook bisa mencapai US$15 miliar! Tak heran, Mark
kemudian dinobatkan
sebagai miliarder termuda dalam sejarah yang memulai dari
keringatnya sendiri.
|
Niat Mark Zuckerberg
untuk sekadar‘menyatukan' komunitas kampusnya dalam
sebuah jaringan
ternyata berdampak besar. Hal ini telah mengantar pria yang baru
|
berusia 23 tahun ini
menjadi miliarder termuda dalam sejarah. Sungguh, kejelian
melihat peluang dan
niatan baiknya ternyata mampu digabungkan menjadi sebuah
nilai tambah yang luar
biasa. Ini menjadi contoh bagi kita, bahwa niat baik ditambah
perjuangan dan
ketekunan dalam menggarap peluang akan melahirkan kesempatan
yang dapat mengubah
hidup makin bermakna.
|
TIADA KETEKUNAN YANG TIDAK MEMBAWA HASIL...
7. BILL GATES & PAUL ALLEN
|
William Henry Gates
III atau lebih terkenal dengan sebutan Bill Gates, lahir di Seatle,
Washington pada
tanggal 28 Oktober 1955. Ayah Bill, Bill Gates Jr., bekerja di
sebuah firma hukum
sebagai seorang pengacara dan ibunya, Mary, adalah seorang
mantan guru. Bill
adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Sejak kecil Bill
mempunyai hobi
“hiking”,bahkan hingga kini pun kegiatan ini masih sering
dilakukannya bila ia
sedang “berpikir”.
|
Bill kecil mampu
dengan mudah melewati masa sekolah dasar dengan nilai sangat
memuaskan, terutama
dalam pelajaran IPA dan Matematika. Mengetahui hal ini
orang tua Bill,
kemudian menyekolahkannya di sebuah sekolah swasta yang
terkenal dengan
pembinaan akademik yang baik, bernama “LAKESIDE”. Pada saat
itu , Lakeside baru
saja membeli sebuah komputer, dan dalam waktu seminggu, Bill
Gates, Paul Allen dan
beberapa siswa lainnya (sebagian besar nantinya menjadi
programmer pertama
micr*soft) sudah menghabiskan semua jam pelajaran
komputer untuk satu
tahun.
|
Kemampuan komputer
Bill Gates sudah diakui sejak dia masih bersekolah di
Lakeside. Dimulai
dengan meng”hack” komputer sekolah, mengubah jadwal, dan
penempatan siswa.
Tahun 1968, Bill Gates, Paul Allen, dan dua hackers lainnya
disewa oleh Computer
Center Corp. untuk menjadi tester sistem keamanan
perusahaan tersebut.
Sebagai balasan, mereka diberikan kebebasan untuk
menggunakan komputer
perusahaan. Menurut Bill saat itu lah mereka benar- benar
dapat “memasuki”
komputer. Dan disinilah mereka mulai mengembangkan
kemampuan menuju
pembentukan micr*soft, 7 tahun kemudian.
|
Selanjutnya kemampuan
Bill Gates semakin terasah. Pembuatan program sistem
pembayaran untuk
Information Science Inc, merupakan bisnis pertamanya.
Kemudian bersama Paul
Ellen mendirikan perusahaan pertama mereka yang
disebut Traf-O-Data.
Mereka membuat sebuah komputer kecil yang mampu
mengukur aliran lalu
lintas. Bekerja sebagai debugger di perusahaan kontrkator
pertahanan TRW, dan
sebagai penanggungjawab komputerisasi jadwal sekolah,
melengkapi pengalaman
Bill Gates.
|
Musim gugur 1973, Bill
Gates berangkat menuju Harvard University dan terdaftar
sebagai siswa fakultas
hukum. Bill mampu dengan baik mengikuti kuliah, namun
sama seperti ketika di
SMA, perhatiannya segera beralih ke komputer. Selama di
Harvard, hubungannya
dengan Allen tetap dekat. Bill dikenal sebagai seorang jenius
di Harvard. Bahkan
salah seorang guru Bill mengatakan bahwa Bill adalah
programmer yang luar
biasa jenius, namun seorang manusia yang menyebalkan.
|
Desember 1974, saat
hendak mengunjungi Bill Gates, Paul Allen membaca artikel
majalah Popular
Electronics dengan judul “World`s First Microcomputer Kit to Rival
Commercial Models”.
Artikel ini memuat tentang komputer mikro pertama Altair
9090. Allen kemudian
berdiskusi dengan Bill Gates. Mereka menyadari bahwa era
“komputer rumah” akan
segera hadir dan meledak, membuat keberadaan software
untuk komputer -
komputer tersebut sangat dibutuhkan. Dan ini merupakan
kesempatan besar bagi
mereka.
|
Kemudian dalam
beberapa hari, Gates menghubungi perusahaan pembuat Altair,
MITS (Micro
Instrumentation and Telemetry Systems). Dia mengatakan bahwa dia
dan Allen, telah
membuat BASIC yang dapat digunakan pada Altair. Tentu saja ini
adalah bohong. Bahkan
mereka sama sekali belum menulis satu baris kode pun.
MITS, yang tidak
mengetahui hal ini, sangat tertarik pada BASIC. Dalam waktu 8
minggu BASIC telah
siap. Allen menuju MITS untuk mempresentasikan BASIC. Dan
walaupun, ini adalah
kali pertama bagi Allen dalam mengoperasikan Altair, ternyata
BASIC dapat bekerja
dengan sempurna. Setahun kemudian Bill Gates
meninggalkan Harvard
dan mendirikan micr*soft.
|
Kisah Bill Gates Meninggalkan Harvard Demi Mengejar
Impian
|
Ketika ia bosan dengan
Harvard, Gates melamar pekerjaan-pekerjaan yang
berhubungan dengan
komputer di daerah Boston. Gates mendorong Paul Allen
untuk mencoba melamar
sebagai pembuat program di Honey-well agar keduanya
dapat melanjutkan
impian mereka untuk mendirikan sebuah perusahaan perangkat
lunak.
Pada suatu hari di
bulan Desember yang beku, Paul Allen melihat sampul depan
majalah Popular
Mechanics, terbitan Januari 1975, yaitu gambar komputer mikro
rakitan baru yang
revolusioner MITS Altair 8080 (Komputer kecil ini menjadi cikal
bakal PC di kemudian
hari). Kemudian Allen menemui Gates dan membujuknya
bahwa mereka harus
mengembangkan sebuah bahasa untuk mesin kecil sederhana
itu. Allen terus
mengatakan, Yuk kita dirikan sebuah perusahaan. Yuk kita lakukan.
|
Kami sadar bahwa
revolusi itu bisa terjadi tanpa kami. Setelah kami membaca artikel
itu, tak diragukan
lagi imana kami akan memfokuskan hidup kami. Kedua sahabat itu
bergegas ke sebuah
komputer Harvard untuk menulis sebuah adaptasi dari program
bahasa BASIC. Gates
dan Allen percaya bahwa komputer kecil itu dapat melakukan
keajaiban. Dari sana
pula mereka mempunyai mimpi, tersedianya sebuah komputer
di setiap meja tulis
dan di setiap rumah tangga.
|
Semangat Allen dan
Gates tidak percuma. Berawal dari komputer kecil itulah yang
menjadi mode dari
segala macam komputansi. Dan sekarang bisa Anda lihat bahwa
PC telah benar-benar
menjadi alat jaman informasi. Dan hampir setiap orang
mengenal Bill Gates
sebagai orang terkaya di dunia saat ini.
|
"Orang yang sukses adalah orang yang memiliki mimpi dan
keyakinan bahwa
mimpi itu akan dapat terjadi berapapun harga yang harus ia
bayar..."
|
Alkisah si ibu bermata satu yang mempunyai seorang anak
laki-laki.
|
Ketika anak
laki-lakinya pergi sekolah SD, si ibu datang ke sekolah untuk melihat2
anaknya. Tapi apa yang
terjadi, si anak laki-lakinya jadi malu karena diolok-olok oleh
teman-teman, karena dia
mempunya ibu bermata satu. Sesampai di rumah si ibu
dimarahin oleh si
anak. Sejak itu si ibu tidak dibolehkan ketemu orang-orang lain
agar si anak tidak
malu.
|
Setelah anaknya
dewasa, si anak telah bekerja dan sukses, dan sudah berkeluarga
dan mempunyai istri
yang cantik dan anak2 yang lucu.... si ibu rindu ingin ketemu
dengan anak dan
cucunya. Sesampai di depan pintu rumah anak laki-lakinya, dia
diusir oleh anaknya
sendiri, seraya berkata: untuk apa kamu datang kesini orang tua
bermata satu, kamu
telah menakutkan anak-anakku, kata si anak. Akhirnya, si ibu
pulang dengan bersedih
hati. Dia akhirnya hanya melihat cucu2nya di depan pagar,
lalu perlu.
|
Sekian lama waktu
berlalu, si ibu akhirnya sakit dan sepertinya tidak akan lama lagi
umurnya. Dia memberi
tahukan berita ini kepada anak laki-lakinya itu, bahwasanya
dia sedang sakit
parah. Tapi, si anak laki2 tetap tidak mau ketemu ibunya. Ajalnya
pun menjemputnya.
|
Selang beberapa waktu,
si istri dari si anak laki2 bertanya ke suaminya: mengapa
kamu tidak datang ke
rumah ibumu?
Dia menjawab: saya
sedang sibuk. Tapi akhirnya, dia dibujuk oleh istrinya, agar
pergi ke rumah ibunya
tersebut sekali saja karena ibunya sudah tiada.
|
Akhirnya si anak laki2
pergilah ke rumah almarhum ibunya, dia masuk ke rumah
yang telah lama dia
tinggalkannya, dan ada secarik kertas yang ditinggalkan oleh
ibunya berisi:
"anakku, aku sangat bahagia melihatmu dari kecil, sampai dewasa dan
mlenjadi sukses
sekarang ini. ketahuilah nak, bahwasanya kamu kecil hanya
mempunyai mata satu,
aku telah merelakan mata yang satu lagi diberikan
kepadamu, agar kamu
bisa hidup bahagia nantinya".
|
Si anak akhirnya,
menanggis sijadi-jadinya: oh..ibu.............maafkan aku selama ini.
|
Lelaki yang gelisah
|
Dari pinggir kaca
nako, di antara celah kain gorden, saya melihat lelaki itu mondar-
mandir di depan rumah.
Matanya berkali-kali melihat ke rumah saya.Tangannya
yang dimasukkan ke
saku celana, sesekali mengelap keringat di keningnya. Dada
saya berdebar
menyaksikannya.
|
Apa maksud remaja yang
bisa jadi umurnya tak jauh dengan anak sulung saya yang
baru kelas 2 SMU itu?
Melihat tingkah lakunya yang gelisah, tidakkah dia punya
maksud buruk dengan
keluarga saya? Mau merampok? Bukankah sekarang ini
orang merampok tidak
lagi mengenal waktu? Siang hari saat orang-orang lalu-lalang
pun penodong bisa
beraksi, seperti yang banyak diberitakan koran. Atau dia punya
|
masalah dengan Yudi,
anak saya? Kenakalan remaja saat ini tidak lagi enteng.
Tawuran telah
menjadikan puluhan remaja meninggal.
|
Saya berdoa semoga
lamunan itu salah semua. Tapi mengingat peristiwa buruk itu
bisa saja terjadi,
saya mengunci seluruh pintu dan jendela rumah. Di rumah ini,
pukul sepuluh pagi
seperti ini,saya hanya seorang diri. Kang Yayan, suami saya, ke
kantor. Yudi sekolah,
Yuni yang sekolah sore pergi les Inggris, dan Bi Nia sudah
seminggu tidak masuk.
Jadi kalau lelaki yang selalu memperhatikan rumah saya itu
menodong, saya bisa
apa? Pintu pagar rumah memang terbuka. Siapa saja bisa
masuk. Tapi mengapa
anak muda itu tidak juga masuk? Tidakkah dia menunggu
sampai tidak ada orang
yang memergoki? Saya sedikit lega saat anak muda itu
berdiri di samping
tiang telepon.
|
Saya punya pikiran
lain.
|
Mungkin dia sedang
menunggu seseorang, pacarnya, temannya, adiknya, atau
siapa saja yang
janjian untuk bertemu di tiang telepon itu. Saya memang tidak mesti
berburuk sangka
seperti tadi. Tapi dizaman ini, dengan peristiwa-peristiwa buruk,
tenggang rasa yang
semakin menghilang, tidakkah rasa curiga lebih baik daripada
lengah? Saya masih
tidak beranjak dari persembunyian, di antara kain gorden, di
samping kaca nako.
Saya masih was-was karena anak muda itu sesekali masih
melihat ke rumah.
|
Apa maksudnya?
|
Ah, bukankah banyak
pertanyaan di dunia ini yang tidak ada jawabannya. Terlintas
di pikiran saya untuk
menelepon tetangga. Tapi saya takut jadi ramai. Bisa-bisa
penduduk se-kompleks
mendatangi anak muda itu. Iya kalau anak itu ditanya-tanya
secara baik, coba
kalau belum apa-apa ada yang memukul. Tiba-tiba anak muda itu
membalikkan badan dan
masuk ke halaman rumah. Debaran jantung saya
mengencang kembali.
Saya memang mengidap penyakit jantung. Tekad saya untuk
menelepon tetangga
sudah bulat, tapi kaki saya tidak bisa melangkah.
|
Apalagi begitu anak
muda itu mendekat, saya ingat, saya pernah melihatnya dan
punya pengalaman buruk
dengannya. Tapi anak muda itu tidak lama di teras rumah.
Dia hanya memasukkan
sesuatu ke celah di atas pintu dan bergegas pergi. Saya
masih belum bisa
mengambil benda itu karena kaki saya masih lemas.
|
Saya pernah melihat
anak muda yang gelisah itu di jembatan penyeberangan, entah
seminggu atau
duaminggu yang lalu. Saya pulang membeli bumbu kue waktu itu.
Tiba-tiba di atas
jembatan penyeberangan, saya ada yang menabrak, saya hampir
jatuh. Si penabrak
yang tidak lain adalah anak muda yang gelisah dan mondar-
mandir di depan rumah
itu, meminta maaf dan bergegas mendahului saya. Saya
jengkel, apalagi
begitu sampai di rumah saya tahu dompet yang disimpan di kantong
plastik, disatukan
dengan bumbu kue, telah raib.
|
Dan hari ini, lelaki
yang gelisah dan si penabrak yang mencopet itu, mengembalikan
dompet saya lewat
celah di atas pintu. Setelah saya periksa, uang tiga ratus ribu
|
lebih, cincin emas
yang selalu saya simpan di dompet bila bepergian, dan surat-
surat penting, tidak
ada yang berkurang. Lama saya melihat dompet itu dan
melamun. Seperti dalam
dongeng. Seorang anak muda yang gelisah, yang siapa
pun saya pikir akan
mencurigainya, dalam situasi perekonomian yang morat-marit
seperti ini,
mengembalikan uang yang telah digenggamnya.
|
Bukankah itu ajaib,
seperti dalam dongeng. Atau hidup ini memang tak lebih dari
sebuah dongengan?
Bersama dompet yang dimasukkan ke kantong plastik hitam itu
saya menemukan surat
yang dilipat tidak rapi. Saya baca surat yang berhari-hari
kemudian tidak lepas
dari pikiran dan hati saya itu.
|
Isinya seperti ini:
“Ibu yang baik,
maafkan saya telah mengambil dompet Ibu. Tadinya saya mau
mengembalikan dompet
Ibu saja, tapi saya tidak punya tempat untuk mengadu,
maka saya tulis surat
ini, semoga Ibu mau membacanya. Sudah tiga bulan saya
berhenti sekolah.
Bapak saya di-PHK dan tidak mampu membayar uang SPP yang
berbulan-bulan sudah
nunggak, membeli alat-alat sekolah dan memberi ongkos.
|
Karena kemampuan
keluarga yang minim itu saya berpikir tidak apa-apa saya
sekolah sampai kelas 2
STM saja. Tapi yang membuat saya sakit hati, Bapak
kemudian sering mabuk
dan judi buntut yang beredar sembunyi-sembunyi itu. Adik
saya yang tiga orang,
semuanya keluar sekolah. Emak berjualan goreng-gorengan
yang dititipkan di
warung-warung. Adik-adik saya membantu mengantarkannya.
Saya berjualan koran,
membantu-bantu untuk beli beras.
|
Saya sadar, kalau
keadaan seperti ini, saya harus berjuang lebih keras. Saya mau
melakukannya. Dari
pagi sampai malam saya bekerja. Tidak saja jualan koran, saya
juga membantu nyuci piring
di warung nasi dan kadang (sambil hiburan) saya
ngamen. Tapi uang yang
pas-pasan itu (Emak sering gagal belajar menabung dan
saya maklum), masih
juga diminta Bapak untuk memasang judi kupon gelap.
Bilangnya nanti juga
diganti kalau angka tebakannya tepat.
|
Selama ini belum
pernah tebakan Bapak tepat. Lagi pula Emak yang taat beribadah
itu tidak akan mau
menerima uang dari hasil judi, saya yakin itu. Ketika Bapak
semakin sering meminta
uang kepada Emak, kadang sambil marah-marah dan
memukul, saya tidak kuat
untuk diam. Saya mengusir Bapak. Dan begitu Bapak
memukul, saya
membalasnya sampai Bapak terjatuh-jatuh. Emak memarahi saya
sebagai anak laknat.
Saya sakit hati. Saya bingung. Mesti bagaimana saya? Saat
Emak sakit dan Bapak
semakin menjadi dengan judi buntutnya, sakit hati saya
semakin menggumpal,
tapi saya tidak tahu sakit hati oleh siapa.
|
Hanya untuk membawa
Emak ke dokter saja saya tidak sanggup. Bapak yang
semakin sering tidur
entah di mana, tidak perduli. Hampir saya memukulnya lagi. Di
jalan, saat saya
jualan koran, saya sering merasa punya dendam yang besar tapi
tidak tahu dendam oleh
siapa dan karena apa. Emak tidak bisa ke dokter. Tapi
orang lain bisa dengan
mobil mewah melenggang begitu saja di depan saya,
sesekali bertelepon
dengan handphone. Dan di seberang stopan itu, di warung jajan
bertingkat,
orang-orang mengeluarkan ratusan ribu untuk sekali makan. Maka tekad
saya, Emak harus ke
dokter. Karena dari jualan koran tidak cukup, saya
merencanakan untuk
mencopet.
|
Berhari-hari saya
mengikuti bus kota, tapi saya tidak pernah berani menggerayangi
saku orang. Keringat
dingin malah membasahi baju. Saya gagal jadi pencopet. Dan
begitu saya melihat
orang-orang belanja di toko, saya melihat Ibu memasukkan
dompet ke kantong
plastik. Maka saya ikuti Ibu. Di atas jembatan penyeberangan,
saya pura-pura
menabrak Ibu dan cepat mengambil dompet. Saya gembira ketika
mendapatkan uang 300
ribu lebih. Saya segera mendatangi Emak dan mengajaknya
ke dokter.
|
Tapi Ibu, Emak malah
menatap saya tajam. Dia menanyakan, dari mana saya dapat
uang. Saya sebenarnya
ingin mengatakan bahwa itu tabungan saya, atau meminjam
dari teman. Tapi saya
tidak bisa berbohong. Saya mengatakan sejujurnya, Emak
mengalihkan
pandangannya begitu saya selesai bercerita.
|
Di pipi keriputnya
mengalir butir-butir air. Emak menangis. Ibu, tidak pernah saya
merasakan kebingungan
seperti ini. Saya ingin berteriak. Sekeras-kerasnya.
Sepuas-puasnya. Dengan
uang 300 ribu lebih sebenarnya saya bisa makan-makan,
mabuk, hura-hura.
Tidak apa saya jadi pencuri. Tidak perduli dengan Ibu, dengan
orang-orang yang
kehilangan. Karena orang-orang pun tidak perduli kepada saya.
Tapi saya tidak bisa
melakukannya. Saya harus mengembalikan dompet Ibu. Maaf.”
Surat tanpa tanda
tangan itu berulang kali saya baca. Berhari-hari saya mencari-cari
anak muda yang bingung
dan gelisah itu. Di setiap stopan tempat puluhan anak-
anak berdagang dan
mengamen. Dalam bus-bus kota. Di taman-taman. Tapi anak
muda itu tidak pernah
kelihatan lagi. Siapapun yang berada di stopan, tidak
mengenal anak muda itu
ketika saya menanyakannya.
|
Lelah mencari, di
bawah pohon rindang, saya membaca dan membaca lagi surat
dari pencopet itu.
Surat sederhana itu membuat saya tidak tenang. Ada sesuatu
yang mempengaruhi
pikiran dan perasaan saya. Saya tidak lagi silau dengan segala
kemewahan. Ketika Kang
Yayan membawa hadiah-hadiah istimewa sepulang
kunjungannya ke luar
kota, saya tidak segembira biasanya.Saya malah
mengusulkan oleh-oleh
yang biasa saja. Kang Yayan dan kedua anak saya mungkin
aneh dengan sikap saya
akhir-akhir ini.
|
Tapi mau bagaimana,
hati saya tidak bisa lagi menikmati kemewahan. Tidak ada lagi
keinginan saya untuk
makan di tempat-tempat yang harganya ratusan ribu sekali
makan, baju-baju merk
terkenal seharga jutaan, dan sebagainya. Saya menolaknya
meski Kang Yayan
bilang tidak apa sekali-sekali. Saat saya ulang tahun, Kang
Yayan menawarkan untuk
merayakan di mana saja. Tapi saya ingin memasak di
rumah, membuat
makanan, dengan tangan saya sendiri.
|
Dan siangnya, dengan
dibantu Bi Nia, lebih seratus bungkus nasi saya bikin. Diantar
Kang Yayan dan kedua
anak saya, nasi-nasi bungkus dibagikan kepada para
pengemis, para
pedagang asongan dan pengamen yang banyak di setiap stopan. Di
stopan terakhir yang
kami kunjungi, saya mengajak Kang Yayan dan kedua anak
saya untuk makan
bersama. Diam-diam air mata mengalir di mata saya.
|
Yuni menghampiri saya
dan bilang, “Mama, saya bangga jadi anak Mama.”
|
Dan saya ingin menjadi
Mama bagi ribuan anak-anak lainnya.
|
![]() |
Pagi itu seperti biasa
saya berangkat pagi setelah subuh dari rumah, ke tempat
penyimpanan motor di
bilangan cawang, uki, walau sering terlambat, kali ini saya
datang labih awal
ketempat menunggu bis antar jemput yang membawa saya ke
kantor, saya menyukai
naik bus jemputan karena lelah berkendara dari depok-
cikarang. Tidak tahan
kemacetan ibu kota.
|
Seperti biasa saya
duduk bersama rekan rekan sambil menunggu jemputan. Tetapi
karena saya datang
lebih awal, munculah seorang bocah lelaki yang seperti biasa
menawarkan Koran
kepada semua penduduk shelter.
|
" Koran, Koran,
Kompas, Media, tempo, republika, warta kota" begitu teriak bocah
laki-laki tersebut
menawarkan Koran kepada kami. "Koran bang" dia menawari ku
untuk membeli Koran.
"seperti biasa kompas satu" kataku meminta Koran yang
biasa kubaca setiap
pagi.
|
Tangan mungilnya
dengan cekatan memilih Koran yang kuminta diantara tumpukan
Koran dagangannya.
|
" ini bang Koran
kompasnya" memberi Koran yang aku minta kepadanya, "nih ada
kembaliaanya
engga" kataku sambil menyodorkan uang Rp 50.000, kepadanya.
"beres bang,
pasti ada" segera dikeluarkan kembaliannya dari tas gembloknya yang
kotor, "wah
pagi-pagi uangnya dah banyak ya" kataku kepada bocah tersebut.
|
"Allhamdulilah
bang, rejeki saya lagi lancar" katanya sambil tersenyum senang. Dan
setelah itu diapun
berlalu menawarkan Koran kepada para penghuni shelter lainnya.
|
Saat ini pukul 05.20,
masih terlalu lama jemputan ku datang, maka saya
menyempatkan membaca
koran kompas yang tadi saya beli pada bocah tukang
Koran tersebut.
|
Tanpa sadar saya
memperhatikan betapa gigih seorang bocah tukang Koran tersbut
mencari uang, dengan
menawarkan daganganya kepada semua orang yang datang
dan pergi silih
beranti.
|
Sepintas tampak
keringat membasahi wajahnya yang tegar dalam usia beliaya harus
berjuang memperoleh
uang secara halal dan sebagai pekerja keras.
|
" Koran, mba ada
tabloid nova, ada berita selebritisnya nih mba, atau ini tabloid
bintang, ada kabar
artis bercerai" katanya bagai seorang marketing ulung tanpa
menyerah dia
menawarkan Koran kepada seorang wanita setengah baya yang pada
akhirnya menyerah dan
membeli satu tabloid yang disebut sang bocah tersebut.
|
Sambil memperhatikan
terbersit rasa kagum dan rasa haru kepada bocah tersebut,
dan memperhatikan
betapa gigihnya dia berusaha, hanya tampak senyum ceria
yang membuat semua
orang yang ditawarinya tidak marah. Tidak terdapat sedikit
pun rasa putus asa
dalam dirinya, walaupun terkadang orang yang ditawarinya tidak
membeli korannya.
|
Sesaat mungkin bocah
tersebut lelah menawarkan korannya, dan dia terduduk
disampingku,
"kamu engga sekolah dik" tanyaku kepadanya "engga bang, saya
tidak
ingin sekolah
tinggi-tinggi" katanya.
|
"engga ada biaya
dik' tanyaku menyelidik, "Bukan bang, walau saya tukang Koran
saya punya
cita-cita" jawabnya, "maksudnya, kan dengan sekolah kamu bisa
mewujudkan cita-cita
kamu dengan lebih mudah" kataku menjawab.
|
"Aku sering baca
Koran bang, banyak orang yang telah sekolah tinggi bahkan
sarjana tidak bekerja
bang, alias nganggur. Mending saya walau sekolah tidak tinggi
saya punya penghasilan
bang" katanya berusaha menjelaskan kepadaku. "abang ku
bang, tidak sekolah
bisa buka agen Koran penghasilan sebulannya bisa 3-4 juta
bang, saya baca di
Koran gaji pegawai honorer Cuma 700ribu, jadi buat apa saya
sekolah bang"
tanyanya kepadaku
|
Saya mengerutkan
kening, tertanda saya tekejut dengan jawaban bocah kecil
tersebut pemikiran
yang tajam, dan sebuah keritik yang dalam buat saya yang
seorang sarjana. Dalam
hati saya membenarkan perkataan anak tersebut, UMR
kota bekasi saja
+/-900rb untuk golongan smu.
|
Saya pun tersenyum
mendengar jawaban anak tersebut, kemudian bus jenputan
saya pun tiba dan saya
meninggalkan bocah tersebut tanpa bisa menjawab
pertanyaanya, apa
tujuan kita sekolah, menjadi sarjana.?
|
Karena banyak sarjana
sekarang yang begitu lepas kerja mengaggur, tidak punya
penghasilan, dan
banyak juga karena belum bisa bekerja yang melanjutkan S2
dengan alas an ingin
mengisi waktu luang dan menambah nilai jual dirinya.
|
Tapi pernyataan bocah
penjual Koran tersebut menyadarkan saya, tentang rejeki,
dan tujuan dari
bersekolah, yang saat ini saya mungkin kalah dengan bocah kecil
tersebut, walau saya
seorang yang mempunyai penghasilan dan mempunyai suatu
jabatan saya hanyalah
manusia gajian, saya hanya seorang buruh.
|
Beda dengan bocah
kecil tersebut, dalam usia belia dia sudah bisa menjadi majikan
untuk dirinya sendri.
Sungguh hebat pemikiran lugu bocah penjual Koran tersebut.
pembalajaran yang
menarik dari seorang bocah kecil yang setiap hari kutemui.(EA)
"Rizky Tuhan
sungguh tidak terbatas, tinggal kemauan kita untuk dapat berusaha
menggapainYa"
|
"Pelajaran Dapat di peroleh tidak
hanya di pendidikan formal, Dan
dunia pun banyak memberi pelajaran untuk
kita"
|
Sapu tangan yang lusuh
|
Malam bintang terang.
Namun, cahaya itu tidak seterang kasih seorang ibu.
Kasihnya tidak akan
pernah usai sepanjang hayat kepada anak-anaknya.
|
Ibu saya sehari-hari
adalah seorang penjaga kantin di sebuah SMP swasta di
Bekasi. Dia juga
membuat nasi uduk dan kue yang dititipkan di kantin dan warung-
|
warung lain. Bangun
pukul setengah empat pagi, baru beranjak ke peraduan pukul
sebelas malam. Begitu
terus, hidupnya dijalani tanpa mengeluh.
|
Penghasilan bapak yang
tidak seberapa ditopang oleh hasil jualan ibu. Sejak SD
sampai SMA, dari hasil
jual kue itulah, saya dan adik-adik dapat uang saku. Saya
jadi teringat Ibu A.
Yani (janda alm. Jend. Ahmad Yani). Setelah Pak Yani meninggal
karena dibunuh pada 1
Oktober 1965, Ibu Yani menghidupi keluarganya dari
berjualan minyak
tanah. Namun, beliau tak pernah malu atau gengsi. Justru, anak-
anaknya kelak menjadi
orang yang berhasil dalam pendidikan dan karir mereka.
|
Itulah yang menjadi
kebanggaan saya terhadap sosok bunda. Gurat wajahnya yang
telah mengerut
menampakkan bahwa dia terlampau akrab dengan kerja kerasnya.
Tangannya dipenuhi
otot yang tampak ramah.
|
Jarang saya melihat
dia pakai bedak, apalagi make-up. Seumur-umur, saya baru
melihat bunda pakai
make-up pada saat saya sudah beranjak dewasa. Itu pun pada
saat saya diwisuda
bersama ribuan wisudawan Unesa di Islamic Center, Surabaya
sekian tahun yang
lampau. Dia bilang ingin tampil cantik pada momen tersebut.
|
Setelah itu, kami
sudah jarang bertemu. Saya memilih untuk menetap di Surabaya.
Dalam setahun, kadang
cuma sekali saya pulang ke Bekasi. Itu pun pas libur
Lebaran atau Natal.
|
Meretas cinta itu tak
pernah habis. Itulah ibu. Ketika berjanji untuk memperkenalkan
calon pendamping hidup
saya, saya berkesempatan bertemu dengan ibu lagi di
Surabaya.
|
Beliau memberi sapu
tangan kain lusuh kepada saya. Sampai di situ, saya masih
belum mengerti makna
yang tersingkap dari pemberian tersebut.
|
Bunda bilang bahwa
sapu tangan itulah yang dia gunakan untuk mengompres saya
saat mengalami
kecelakaan motor yang membuat kaki saya patah pada 31
Desember 1998.
|
Setelah saya harus
berpisah dengan orang tua pada akhir Agustus 1999 untuk
kuliah di Surabaya,
ternyata sapu tangan tersebut masih disimpan oleh bunda.
|
Kesibukan menjalani
hari-hari pada masa kuliah seolah membuat saya menjadi
jarang berkomunikasi
dengan keluarga di Bekasi. Namun tidak dengan bunda. Sapu
tangan itu tetap dia
simpan untuk memendam kangennya pada saya. Hanya, saya
sama sekali tidak
menyangka sampai seperti itu. Saya sendiri baru tahu dua minggu
lalu, saat
memperkenalkan pujaan hati.
|
Setelah berkisah,
bunda memberikan sapu tangan itu kepada saya dan merestui
hubungan kami. Saya
seakan tidak bisa berkata sepatah kata pun. Lidah ini terasa
kaku. Hati bergetar
karena terharu.
|
Bagaimana mungkin
bahwa sapu tangan yang sudah lusuh itu masih disimpan
sekian tahun hanya
untuk memendam kangen pada anaknya?
|
Bukan kata-kata, tapi
dengan sapu tangan lusuh itulah bunda menohok saya dengan
|
cinta yang sederhana.
Cinta tulus yang tak pernah berharap balasan dari siapa
maupun anaknya sendiri
sekalipun. Bintang itu terang.
|
Lewat sapu tangan
lusuh tersebut, zaman boleh berubah. Tapi, cinta dan kerinduan
seorang ibu tak bisa
digerus waktu. Ia ada sampai kapan pun. Tak bisa dibalas
dengan apa pun.
|
Langganan:
Postingan (Atom)